JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mendapatkan pinjaman sebesar US$ 25 juta atau sekitar Rp 326,07 miliar. Fasilitas kredit itu diperoleh dari Pierfront Capital Mezzanine Fund Pte Ltd. Sekretaris Perusahaan MDKA, Ellie Turjandi mengatakan, sebesar US$ 10 juta dari pinjaman itu akan digunakan untuk membiayai fasilitas kelebihan biaya alias
cost overrun. Lalu, sisanya sebesar US$ 15 juta untuk membiayai modal kerja dan pengembangan proyek lapisan porfiri milik perseroan, di proyek tambang Tujuh Bukit.
"Periode pinjaman ini selama 48 bulan sejak tanggal pencairan pertama dilakukan," ujarnya di Jakarta, Rabu (7/9). Untuk memperoleh pendanaan tersebut, MDKA menjaminkan saham perseroan dan aset lain yang ada pada Merdeka Mining Partners Pte Ltd selaku pemberi gadai. Pinjaman ini dikenakan bunga yang didasarkan atas persentase marjin 6,75% per tahun ditambah dengan penghitungan LOBOR dan minimum tingkat pengembalian 9% per tahun dari jumlah pokok pinjaman. "Kreditur bukan pihak afiliasi perseroan," imbuhnya. Kedua belah pihak ini juga meneken dokumen International Swaps and Derivatives Assosiation Inc. (ISDA). Ini merupakan transaksi pertukaran emas alias gold swap. Transaksi swap ini akan dimulai pada 1 Juli 2017 hingga 1 Juli 2020. Dalam periode itu, MDKA akan melakukan pembayaran per ounce emas untuk 7.000 ounces dengan beberapa ketentuan harga yang disepakati. Sebelumnya, MDKA melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI) juga mendapat pinjaman sebesar US$ 130 juta untuk mengembangkan proyek mineral emas dan perak Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur. Pinjaman tersebut berasal dari sindikasi tiga bank, yaitu BNP Paribas (cabang Singapura), Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (cabang Jakarta) dan Societe Generale Asia Limited (cabang Hongkong).
Manajemen MDKA berharap tambang emas Tujuh Bukit akan mulai berproduksi pada kuartal IV tahun ini. Sementara itu, penjualan hasil tambang berupa emas dan perak baru akan dilakukan pada awal tahun 2017. Sekadar informasi, tambang di Banyuwangi ini selama 9 tahun dari 2017 hingga 2025 memiliki rata-rata produksi 100.000 oz emas dan 300.000 oz perak. Pada produksi perdana nanti tambang ini belum memproduksi sesuai dengan rata-rata produksi tetapi akan secara bertahap. Lalu hasil tambang ini akan difokuskan pada penjualan ekspor ke Australia, China, Hongkong, dan India. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto