JAKARTA. Emiten tambang emas yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengejar target produksi dalam dua tahun ke depan. Perusahaan bakal membangun fasilitas konstruksi tambang di proyek pertambangan Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur, Ellie Turjandie, Sekretaris Perusahaan MDKA mengatakan, untuk menggarap proyek Tujuh Bukit, perseroan akan menyeleksi tiga perusahaan konstruksi pertambangan dari Australia. Mereka adalah Como Engineering, Contromation Ltd, dan FL Smidth Australia. "Ketiganya tengah mengikuti proses tender yang dilakukan perseroan," ujar Ellie di Jakarta, Jumat (19/6). Nantinya, MDKA akan memilih perusahaan konstruksi yang memiliki desain paling ramah lingkungan dan dengan harga kompetitif. Rencananya, pembangunan proyek itu akan dimulai pada pertengahan tahun ini dengan jangka waktu sekitar 20 bulan.
Seperti diketahui, saat ini MDKA tercatat sebagai emiten tambang pertama yang belum berproduksi namun sudah tercatat di BEI. Rencananya, target produksi dapat dimulai pada Kuartal IV tahun 2016 mendatang dan mulai melakukan penjualan pada 2017 mendatang. Pada tahun 2017, perseroan diharapkan sudah bisa mencetak laba bersih sebesar US$ 19,2 juta. Produksi pada lapisan oksida yang menghasilkan emas dan perak secara komersial akan dimulai pada tahun depan dengan produksi bijih rata-rata sebesar 3 juta ton per tahun. Targetnya adalah meraih produksi tahunan emas hingga 90.000 oz dan perak hingga 1 juta oz. Untuk mencapai target itu, perusahaan membutuhkan dana ekspansi sebesar US$ 126,2 juta dalam dua tahun ke depan. Belanja modal itu akan digunakan untuk kegiatan penambangan hingga MDKA berhasil memproduksi komoditas emas dan perak. Untuk tahun ini, perseroan membutuhkan pendanaan sebesar US$ 50,68 juta dan sisanya akan diserap pada tahun depan. Sejatinya, MDKA mengandalkan sebagian besar belanja modal dari dana Initial Public Offering (IPO) yang awalnya ditargetkan mencapai Rp 1,8 triliun. Namun, dalam eksekusinya, MDKA menurunkan saham baru yang dilepas menjadi separuhnya, atau 419,65 juta saham. Dengan harga IPO sebesar Rp 2.000 per saham, dana IPO yang diraih hanya sebesar Rp 839,3 miliar.