JAKARTA. Penambahan lahan menjadi andalan perusahaan properti untuk mencetak pertumbuhan kinerja. Itu pula yang dijalankan PT Modernland Realty Tbk (MDLN). Emiten properti tersebut berencana menambah lahan hingga 800 hektare (ha). Lahan tersebut ditujukan untuk pengembangan kawasan industri. Meskipun, Komisaris MDLN, Oscar Jaro Tavera, belum memastikan rencana tersebut akan berlangsung pada tahun ini. Oscar hanya menuturkan, akuisisi lahan akan berlangsung bertahap. Sebelumnya, pada akhir tahun lalu, pengembang kawasan Kota Modern itu, mengakuisisi lahan seluas total 400 ha di wilayah Cikande, Serang. Daerah ini dikuasai dua pengembang kawasan industri, yakni PT Prima Inti Semesta dan PT The New Asia Industrial Estate.
Untuk akuisisi lahan di wilayah ini, Modernland mengeluarkan dana sebesar Rp 249 miliar. Perinciannya, akuisisi Prima Inti sebesar Rp 122 miliar dan New Asia mencapai Rp 127 miliar. Fanny Suherman, Analis OSO Securities, menilai pengembangan kawasan industri di Cikande ini cukup prospektif. “Lokasinya tidak terlalu jauh dari Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta,” kata dia, Kamis (1/3). Dari sebaran kawasan industri, sebanyak 21% pelaku industri memilih Serang sebagai lokasi ideal membangun pabrik. Ini menjadikan Serang sebagai kawasan industri di urutan ketiga paling favorit setelah Bekasi, yang dipilih 26% responden, serta Kerawang (36%). Sisanya, Jakarta sebesar 10%, Bogor 2% dan Tangerang sebesar 5%. Kelebihan kawasan Modern Cikande adalah harga tanahnya yang masih relatif murah, yaitu sekitar US$ 78,5 per meter (m2). Sebagai perbandingan, lahan yang berada di kawasan Bogor, Tangerang dan Bekasi masing-masing memiliki harga rata-rata US$ 112,20 per meter persegi (m2), US$ 113,30 per m2 dan US$ 107,70 per m2. Kelebihan kawasan Modern Cikande ini adalah harga tanahnya yang masih relatif murah, yaitu sekitar US$ 78,5 per meter (m2). Sebagai perbandingan, kawasan Bogor, Tangerang dan Bekasi masing-masing memiliki harga rata-rata tanah senilai US$ 112,20 per meter persegi (m2), US$ 113,30 per m2 dan US$ 107,70 per m2. PER murah Fanny menghitung, kawasan industri Cikande, bisa menyumbang hingga 35% dari total penjualan MDLN di 2012. Sisa pendapatan MDLN berasal dari Kota Modern, dengan porsi 34%, Modern Hill (12%), The Golf Residence (9%), Green Central City (6%), dan proyek yang lain (4%). Menurut Anthony Yunus, Analis Kim Eng Securities, kawasan industri Cikande bisa menyumbang hingga 39% dari total pendapatan MDLN. Kalkulasi Anthony, pendapatan MDLN tahun ini bisa naik 100% mencapai Rp 980 miliar
year on year (yoy). Sedang, laba bersih MDLN tahun ini akan mencapai Rp 238 miliar, naik 170% dari estimasi tahun lalu, yang sebesar Rp 88 miliar. Margin MDLN juga akan meningkat dari 25,1% di tahun 2010 menjadi 28,9% pada tahun ini. “Peningkatan margin disumbang Green Central City dan kawasan industri Modern Cikande,” kata Anthony.
Menurut Fanny, dari sisi valuasi saham,
price earning ratio (PER) MDLN saat ini 10,68 kali, di bawah PER industri properti yakni 20 kali. Untuk itu, Fanny, Anthony, Robo Sujono, analis Millenium Danatama Sekuritas kompak merekomendasikan beli MDRN dengan target harga masing-masing Rp 600, Rp 590 dan Rp 500 per saham. Kemarin (1/3), harga MDRN menguat 2,50% menjadi Rp 410 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie