MDRN akhiri kerjasama dengan FUJIFILM



JAKARTA. PT Modern International Tbk (MDRN) melepas satu lini bisnisnya yang bergerak di bidang fotografi. Hal ini ditandai dengan berakhirnya kerjasama distribusi merek FUJIFILM antara MDRN dengan pihak FUJIFILM Kedua belah pihak secara resmi sepakat tidak memperpanjang kerjasama tersebut. "Sejak 18 Agustus 2015 (hak distribusi) telah dikembalikan kepada prinsipal melalui perusahaan afiliasinya," ujar Sungkono Honoris, Direktur Utama dalam pernyataan resmi, Kamis (20/8). Mengutip laporan keuangan per akhir Juni 2015, MDRN memiliki lima anak usaha. Mereka adalah PT Modern Pangan Indonesia (MPI) yang bergerak di bidang perdagangan makanan dan minuman. Lalu, PT Modern Sevel Indonesia (MSI) yang mengoperasikan gerai 7-Eleven dan PT Fresh Food Indonesia (FFI) yang didirikan untuk mendukung aktivitas outlet 7-Eleven. Ada juga PT Swadaya Mitra Serasi (SMS) yang memiliki kegiatan pokok sewa dan beli. Serta, PT Modern Data Solusi (MDS) yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Khususnya, jasa alat fotografi atau sinematografi, alat rumah tangga, mesin fotokopi dan suku cadangnya. Berakhirnya kerjasama distribusi FUJIFILM ini berpotensi membuat penghasilan perseroan berkurang. Pasalnya, penjualan fotografi masih berkontribusi bagi pendapatan perseroan, meski tidak signifikan. Sepanjang Januari-Juni 2015 pendapatan dari produk fotografi sebesar Rp 74,42 miliar. Angka ini turun dari Juni 2014 yang senilai Rp 100,12 miliar. Pendapatan dari seluruh segmen bisnis MDRN pada semester pertama tahun ini memang merosot. Tak pelak, pendapatan konsolidasi perseroan pun turun dari Rp 702,75 miliar. Pendapatan dari produk 7-Eleven longsor dari Rp 467,15 miliar menjadi Rp 462,48 miliar. Pendapatan dari produk industrial pun berkurang dari Rp 124,59 miliar menjadi Rp 119,9 miliar. Pendapatan lain-lain perseroan juga menurun dari Rp 6,89 miliar menjadi Rp 5,71 miliar. Selain karena melempemnya kinerja seluruh bisnis perseroan, MDRN juga sudah tidak lagi memperoleh penghasilan dari bisnis telekomunikasi. Padahal, pada Juni 2015, bisnis ini menyumbang penghasilan sebesar Rp 3,99 miliar. Jika perseroan tidak bisa mendongkrak kinerja seluruh bisnis yang masih tersisa, maka tidak menutup kemungkinan, performa perseroan akan kian melandai. Lemahnya penjualan perseroan ditambah membengkaknya sejumlah beban membuat cuan mengempis. Pada pengujung Juni 2015, laba bersih MDRN tercatat hanya 14,84 miliar. Angka ini anjlok 52,79% dari pencapaian pada Juni tahun lalu, yakni Rp 31,44 miliar. Beban penjualan perseroan meningkat dari Rp 176,35 miliar menjadi Rp 188,61 miliar. Begitu juga beban keuangan yang melonjak dari Rp 45,22 miliar menjadi Rp 47,34 miliar. Dari operasi lain, perseroan harus mengeluarkan dana sekitar Rp 2,75 miliar. Padahal, tahun lalu perseroan mendapat pemasukan dari pos ini sekitar Rp 2,56 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan