MEA, dominasi SMGR & INTP bakal terganggu asing



JAKARTA. Dibukanya pintu pasar Indonesia bagi emiten semen asing dalam gelaran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membuat dominasi PT Semen Indonesia (persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarssa Tbk (INTP) sedikit terganggu.

Saat ini, SMGR menguasai 44% market share di pasar lokal. Tahun lalu, penjualan SMGR mencapai 26,45 juta ton. Sedangkan INTP menguasai 28% market share lokal dengan total penjualan sebesar 16,98 juta ton.

Mengekor di belakang keduanya ada perusahaan asal Jerman, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).


Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities mengatakan bahwa dalam jangka pendek dominasi SMGR dan INTP tidak akan banyak terganggu dengan kehadiran pemain asing di pasar lokal. Tetapi secara jangka panjang tentu hal ini akan berdampak seiring dengan ekspansi yang dilakukan oleh emiten semen asing.

"Memang pengaruhnya di awal belum terlalu signifikan, karena untuk demand dari semen lokal itu sebenarnya masih cukup tinggi di permintaan dari masyarakat. Semen asing itu masyarakat belum familiar dengan kualitas dan namanya, jadi penetrasi belum besar," ujarnya kepada KONTAN, Senin (25/1).

Mencermati pergerakan SMCB yang saat ini masuk ke dalam kancah persaingan, dirinya memperkirakan hal tersebut bisa dilakukan emiten semen luar negeri. Seiring dengan ekpansi dan akuisisi yang nanti akan dilakukan, dominasi SMGR dan INTP bisa saja akan tergantikan. Pasalnya, keduanya sudah cukup lama mendominasi 70% pasar lokal.

"Ke depan harus jadi perhatian juga bagi para emiten semen, karena secara bertahap mereka (emiten semen asing) akan mengambil pangsa emiten lokal ketika hal itu terjadi itu akan jadi ancaman. Saat ini, share mereka masih besar, tapi nanti begitu semen luar melakukan ekpansi dan menggaet klien lokal itu mereka akan mulai hati-hati," lanjutnya.

"Tapi untuk saat ini saya rasa masih tiga itu yang dominan, SMGR, INTP dan SMCB. Apalagi SMGR sendiri saat ini market sharenya sudah 44%," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie