Tak hanya menjadi buah atau camilan, pisang juga bisa mempercantik sebuah furnitur. Di tangan Miftahul dan Tubagus, furnitur unik dan berkesan alami dengan bahan baku pisang, menuai banyak peminat. Karena dibuat tangan, furnitur ini punya nilai seni tinggi.Boleh dibilang, tren gaya minimalis sebuah rumah tinggal menginspirasi lahirnya furnitur minimalis. Bahkan, ketika minimalis identik dengan tren go green atau ramah lingkungan, muncullah produk-produk ramah lingkungan. Nah, jika nuansa minimalis telah menjadi tren, penggunaan furnitur ramah lingkungan bagaikan pasangan yang serasi. Boleh jadi, pilihan Anda akan jatuh pada perabot berbahan baku pelepah pisang ini. Buah pisang dan pohonnya sendiri memiliki keunikan dan kelebihan untuk menjadi berbagai macam kerajinan. Tekstur dan warna tanaman ini tak hanya unik, tapi juga menonjolkan kesan alami. Kombinasi furnitur berbahan baku pelepah pisang pun jauh lebih menarik dibandingkan dengan furnitur kayu biasa. Bahkan, furnitur jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi. Miftahul Ulum, pemilik dari Dewa Ruci Handycraft menuturkan, bahan baku ini membuat harga furniturnya tinggi. "Karena dibuat dengan tangan, maka nilai seninya pun tinggi," kata Miftahul.Jika biasanya furnitur dari pelepah pisang dianyam, Miftaful menggunakan teknik tempel. "Kalau bentuk anyaman sudah banyak. Saya memilih cara yang lain yaitu dengan menempelkan bonggol pisang berikut dengan pelepahnya menjadi potongan kecil," papar Miftahul.Alhasil, kerajinan pelepah pisang ala Miftahul ini tidak hanya terlihat unik tapi juga nyentrik. Meja, kursi dan kaca dari kejauhan terlihat seperti tumpukan buah pisang yang telah dipotong kecil-kecil. Bahkan beberapa pengunjung yang singgah di galeri Miftahul saat pameran UKM PKBL di Jakarta Hall Convention Center pada 24 Maret 2011 pun terkagum-kagum akan kreasi pria berusia 40 tahun ini.Berbagai macam perabot, seperti meja, kaca, kursi, rak hingga berbagai lampu bonggol pisang mampu membuat pengunjung berdecak kagum. Miftaful memberi sebutan produknya ini mebel pisang mozaik.Disebut mozaik karena Miftahul menekankan sisi menempel pada produknya. "Inilah ciri khas dari furnitur pisang dari Dewa Ruci. Pisang sebagai bahan baku terlihat nyata sama seperti pisang yang kita makan," kata pria yang memulai usaha furnitur dengan pelepah pisang sejak tahun 2007 ini.Selain Miftahul, Tubagus Sarjon juga membuat lampu meja, kursi, hingga set furnitur ruang tamu dan keluarga dengan bahan baku pelepah pisang. Ia tak hanya membuat sebuah furnitur dengan konsep alam, namun juga menambahkan nuansa modern pada produknya. Ini dapat dilihat dari hasil kerajinannya yang dapat diletakkan diberbagai gaya disain, mulai dari yang bergaya etnik atau ruang tamu bergaya modern. "Bahkan furnitur dari pelepah pisang mampu menghadirkan atmosfer interior yang hangat dan elegan," kata Tubagus. Ini karena kami menonjolkan tekstur dan warna dari pelepah pisang yang alami.Baik Miftahul dan Tubagus sepakat bahwa furnitur dari pelepah pisang amat cocok untuk rumah bergaya minimalis yang menonjolkan nuansa alam. "Tidak harus bergaya minimalis tapi juga cocok untuk rumah biasa," ujar Miftahul. Furnitur dari pelepah pisang cocok untuk rumah dengan ventilasi terbuka yang memungkinkan udara dari tiap sudut masuk. Proses pembuatan furnitur pelepah pisang dimulai dengan pemilihan kayu dan ranting dari sebuah pohon, serta buah pisang dari pohon pisang muda. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil furnitur yang kuat dan awet. Lalu, kayu dan ranting dikupas kulitnya terlebih dulu. Untuk buahnya dipotong kecil-kecil. "Semua bahan baku tersebut kemudian dijemur di bawah terik panas matahari atau dioven selama satu minggu," jelas Miftahul.Proses selanjutnya adalah tahap pemotongan bahan menjadi bagian kecil-kecil dan setebal 1 cm berbentuk bola. Baru setelahnya potongan kecil-kecil itu diamplas untuk menghilangkan serabut-serabut yang tersisa. Sebelum masuk proses penempelan ada baiknya rangka model yang diinginkan telah dibuat, entah ingin dibuat meja, kursi atau cermin. Kemudian barulah ditempel pada rangka dan dicat melamin agar terlihat lebih mengkilap. Selama ini Miftahul belum menemui kesulitan dalam pengadaan bahan baku. Ia mendapatkan pasokan dari sekitar Yogyakarta untuk pelepah pisang. Adapun Tubagus memperoleh bahan baku berupa pelepah pisang dari kakaknya di Solo yang memiliki kebun pisang seluas satu hektar. "Jadi saya tidak perlu khawatir akan pasokan bahan mentah," ujarnya. Bahan baku pelepah pisang yang akan dibuatnya, tidak diambil secara sembarangan. "Pelepah itu jangan dipilih yang mengandung terlalu banyak air karena akan menghambat proses pengeringannya," kata Tubagus. Pasar furnitur dari pelepah pisang saat ini terbilang bagus. Miftahul rutin mengirimkan kerajinannya ke Eropa dan Amerika Serikat setiap bulannya. Meski begitu, ia tetap menuai banyak permintaan dari pasar lokal.Ia menjual produknya, mulai dari harga Rp 75.000 untuk cermin. Sementara, kursi dan meja dijual dengan harga Rp 550.000 dan Rp 1,5 juta untuk harga rak. Tak heran, dalam sebulan, Miftahul bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 50 juta.Begitu pula dengan Tubagus yang setiap bulannya bisa meraup omzet Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Ia yang menjual produknya mulai dari harga Rp 100.000 hingga Rp 5 juta. Tubagus mengaku bisa menjual hingga 100 barang untuk furnitur satuan dan sekitar lima set paket furnitur ruang tamu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mebel unik berhiaskan pelepah pisang
Tak hanya menjadi buah atau camilan, pisang juga bisa mempercantik sebuah furnitur. Di tangan Miftahul dan Tubagus, furnitur unik dan berkesan alami dengan bahan baku pisang, menuai banyak peminat. Karena dibuat tangan, furnitur ini punya nilai seni tinggi.Boleh dibilang, tren gaya minimalis sebuah rumah tinggal menginspirasi lahirnya furnitur minimalis. Bahkan, ketika minimalis identik dengan tren go green atau ramah lingkungan, muncullah produk-produk ramah lingkungan. Nah, jika nuansa minimalis telah menjadi tren, penggunaan furnitur ramah lingkungan bagaikan pasangan yang serasi. Boleh jadi, pilihan Anda akan jatuh pada perabot berbahan baku pelepah pisang ini. Buah pisang dan pohonnya sendiri memiliki keunikan dan kelebihan untuk menjadi berbagai macam kerajinan. Tekstur dan warna tanaman ini tak hanya unik, tapi juga menonjolkan kesan alami. Kombinasi furnitur berbahan baku pelepah pisang pun jauh lebih menarik dibandingkan dengan furnitur kayu biasa. Bahkan, furnitur jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi. Miftahul Ulum, pemilik dari Dewa Ruci Handycraft menuturkan, bahan baku ini membuat harga furniturnya tinggi. "Karena dibuat dengan tangan, maka nilai seninya pun tinggi," kata Miftahul.Jika biasanya furnitur dari pelepah pisang dianyam, Miftaful menggunakan teknik tempel. "Kalau bentuk anyaman sudah banyak. Saya memilih cara yang lain yaitu dengan menempelkan bonggol pisang berikut dengan pelepahnya menjadi potongan kecil," papar Miftahul.Alhasil, kerajinan pelepah pisang ala Miftahul ini tidak hanya terlihat unik tapi juga nyentrik. Meja, kursi dan kaca dari kejauhan terlihat seperti tumpukan buah pisang yang telah dipotong kecil-kecil. Bahkan beberapa pengunjung yang singgah di galeri Miftahul saat pameran UKM PKBL di Jakarta Hall Convention Center pada 24 Maret 2011 pun terkagum-kagum akan kreasi pria berusia 40 tahun ini.Berbagai macam perabot, seperti meja, kaca, kursi, rak hingga berbagai lampu bonggol pisang mampu membuat pengunjung berdecak kagum. Miftaful memberi sebutan produknya ini mebel pisang mozaik.Disebut mozaik karena Miftahul menekankan sisi menempel pada produknya. "Inilah ciri khas dari furnitur pisang dari Dewa Ruci. Pisang sebagai bahan baku terlihat nyata sama seperti pisang yang kita makan," kata pria yang memulai usaha furnitur dengan pelepah pisang sejak tahun 2007 ini.Selain Miftahul, Tubagus Sarjon juga membuat lampu meja, kursi, hingga set furnitur ruang tamu dan keluarga dengan bahan baku pelepah pisang. Ia tak hanya membuat sebuah furnitur dengan konsep alam, namun juga menambahkan nuansa modern pada produknya. Ini dapat dilihat dari hasil kerajinannya yang dapat diletakkan diberbagai gaya disain, mulai dari yang bergaya etnik atau ruang tamu bergaya modern. "Bahkan furnitur dari pelepah pisang mampu menghadirkan atmosfer interior yang hangat dan elegan," kata Tubagus. Ini karena kami menonjolkan tekstur dan warna dari pelepah pisang yang alami.Baik Miftahul dan Tubagus sepakat bahwa furnitur dari pelepah pisang amat cocok untuk rumah bergaya minimalis yang menonjolkan nuansa alam. "Tidak harus bergaya minimalis tapi juga cocok untuk rumah biasa," ujar Miftahul. Furnitur dari pelepah pisang cocok untuk rumah dengan ventilasi terbuka yang memungkinkan udara dari tiap sudut masuk. Proses pembuatan furnitur pelepah pisang dimulai dengan pemilihan kayu dan ranting dari sebuah pohon, serta buah pisang dari pohon pisang muda. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil furnitur yang kuat dan awet. Lalu, kayu dan ranting dikupas kulitnya terlebih dulu. Untuk buahnya dipotong kecil-kecil. "Semua bahan baku tersebut kemudian dijemur di bawah terik panas matahari atau dioven selama satu minggu," jelas Miftahul.Proses selanjutnya adalah tahap pemotongan bahan menjadi bagian kecil-kecil dan setebal 1 cm berbentuk bola. Baru setelahnya potongan kecil-kecil itu diamplas untuk menghilangkan serabut-serabut yang tersisa. Sebelum masuk proses penempelan ada baiknya rangka model yang diinginkan telah dibuat, entah ingin dibuat meja, kursi atau cermin. Kemudian barulah ditempel pada rangka dan dicat melamin agar terlihat lebih mengkilap. Selama ini Miftahul belum menemui kesulitan dalam pengadaan bahan baku. Ia mendapatkan pasokan dari sekitar Yogyakarta untuk pelepah pisang. Adapun Tubagus memperoleh bahan baku berupa pelepah pisang dari kakaknya di Solo yang memiliki kebun pisang seluas satu hektar. "Jadi saya tidak perlu khawatir akan pasokan bahan mentah," ujarnya. Bahan baku pelepah pisang yang akan dibuatnya, tidak diambil secara sembarangan. "Pelepah itu jangan dipilih yang mengandung terlalu banyak air karena akan menghambat proses pengeringannya," kata Tubagus. Pasar furnitur dari pelepah pisang saat ini terbilang bagus. Miftahul rutin mengirimkan kerajinannya ke Eropa dan Amerika Serikat setiap bulannya. Meski begitu, ia tetap menuai banyak permintaan dari pasar lokal.Ia menjual produknya, mulai dari harga Rp 75.000 untuk cermin. Sementara, kursi dan meja dijual dengan harga Rp 550.000 dan Rp 1,5 juta untuk harga rak. Tak heran, dalam sebulan, Miftahul bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 50 juta.Begitu pula dengan Tubagus yang setiap bulannya bisa meraup omzet Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Ia yang menjual produknya mulai dari harga Rp 100.000 hingga Rp 5 juta. Tubagus mengaku bisa menjual hingga 100 barang untuk furnitur satuan dan sekitar lima set paket furnitur ruang tamu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News