MEDC Bakal Geber Proyek Sarulla



JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) makin getol menggelar ekspansi usaha. Perusahaan milik Keluarga Panigoro ini akan menggeber proyek pembangkit listrik panas bumi Sarulla, Sumatra Utara yang berkapasitas 330 Megawatt (MW).Dalam aksi korporasi tersebut, Medco telah membentuk konsorsium bersama Ormat International Inc, Itochu Corporation, dan Kyushu Electric Power Co. Nilai total proyek ini mencapai US$ 800 juta.Komisaris Medco Energi Hilmi Panigoro bilang, konsorsium sebenarnya sudah siap menggarap megaproyek ini. Tapi, mereka masih menunggu aturan mengenai tarif tenaga panas bumi. "Kami mengharapkan harganya di atas US$ 7 sen per kilowatt hour (kwh)," kata Hilmi kepada KONTAN, kemarin (1/10). Nantinya, Medco akan menjual listrik ini kepada PLN.Arifin Panigoro Pendiri Medco Group menyatakan, pada tahap awal, proyek ini menghabiskan anggaran sekitar US$ 400 juta. "Kami mengharapkan tahun ini sudah dimulai," kata Arifin kepada Reuters.Nah, dari total kebutuhan US$ 800 juta, Japan Bank International Corporation (JBIC) akan membiayai 70% atau US$ 560 juta. Adapun 30% atau US$ 240 juta merupakan penyertaan modal konsorsium ini.Dalam konsorsium Sarulla, Medco menguasai 38% saham dengan menyetor modal US$ 91,2 juta. Adapun Itochu, Kyushu, dan Ormat masing-masing memiliki 25%, 25%, dan 12%. Menurut Hilmi, sumber pendanaan Medco dalam proyek itu sepenuhnya berasal dari kas internal.Hubungan Investor Medco Energi Nusky Suyono menjelaskan, pengerjaan proyek Sarulla ini secara bertahap. Tahap pertama adalah pembangunan pembangkit listrik kapasitas 110 MW selama 18-24 bulan. Kemudian pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 110 MW selama 12 bulan. Tahap ketiga adalah pembangunan pembangkit berkapasitas 110 MW, dalam waktu 12 bulan.Direktur Paramitra Alfa Sekuritas Ukie Jaya Mahendra memandang positif proyek energi ini. "Proyek panas bumi cukup potensial dikembangkan di Indonesia," kata Ukie.Pada penutupan perdagangan saham kemarin, harga saham MEDC naik 6,03% menjadi Rp 3.075 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: