Medco Energi (MEDC) Akan Terus Mengembangkan Portofolio Migas di Luar Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan terus menambah portofolio hulu migasnya di luar negeri. Medco melihat prospek energi fosil masih menjanjikan khususnya di Asia. 

Direktur Utama MEDC, Hilmi Panigoro menjelaskan, untuk jangka menengah pihaknya masih akan terus menumbuhkan cadangan dan produksi migas melalui eksplorasi dan akuisisi baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri. 

“Kami yakin permintaan masih kuat, terutama di Asia,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (29/11). 


Baru-baru ini, MEDC telah mendapatkan persetujuan dari Kesultanan Oman untuk mengakuisisi 20% kepemilikan pada dua blok di negara tersebut. Transaksi ini diharapkan selesai pada Desember 2023. 

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Raih Persetujuan Akuisisi Blok 60 dan Blok 48 dari Oman

MedcoEnergi akan mengakuisisi dari OQ Exploration & Production LLC (OQEP), 20% kepemilikan atas lisensi produksi Blok 60 dan 20% kepemilikan atas lisensi eksplorasi Blok 48 yang keduanya berlokasi di darat, tepatnya di bagian barat tengah Oman.

Blok 60 memiliki dua lapangan produksi; Lapangan Minyak Bisat dan Lapangan gas Abu Butabul. OQEP adalah perusahaan energi terintegrasi global yang terpusat di Oman.

OQEP saat ini mengoperasikan tiga blok di Oman (8, 48, dan 60) dan berpartisipasi pada sejumlah joint ventures aset eksplorasi dan produksi di Oman dan Kazakhstan. OQEP akan tetap menjadi operator kedua blok tersebut.

“Oman adalah salah satu negara yang Medco sudah beroperasi sejak tahun 2006 dan masih memiliki potensi cadangan yang cukup besar,” ujar Hilmi. 

Baca Juga: MedcoEnergi Terus Dukung Pemerintah Dalam Hadapi Trilema Energi

Setelah selesai, akuisisi ini akan meningkatkan produksi harian MedcoEnergi sebesar ~13 MBOEPD dan berkontribusi signifikan terhadap cadangan gas dan minyak di masa depan. 

Ke depannya, Hilmi menegaskan, portofolio hulu migas di luar negeri akan semakin penting karena potensi-potensi besar yang ada di Indonesia kebanyakan berada di laut dalam. Seperti diketahui, pengembangannya memakan biaya yang sangat mahal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati