Medco ingin bawa Amman melantai di bursa



JAKARTA. Wacana divestasi saham perusahaan tambang asing melalui skema penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) yang sempat dilontarkan oleh pemerintah, sepertinya menginspirasi manajemen PT Medco Energi Internasional Tbk. Mereka ingin menggelar IPO untuk PT Amman Mineral Nusa Tenggara, perusahaan yang semula bernama PT Newmont Nusa Tenggara.

Belum ketahuan persentase saham Amman Mineral Nusa Tenggara yang ingin dilepas Medco Energi. Paling cepat, mereka akan merealisasikan rencana itu dua tahun lagi atau sekitar 2018.

Pertimbangan Medco Energi, melego saham ke publik  lantaran perusahaan itu membutuhkan dana. Selain itu,  mereka juga berniat mengakuisisi sejumlah aset lain. "Karena kami masih ada beberapa fokus yang harus dilakukan," terang Hilmi Panigoro, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk kepada KONTAN, di sela-sela acara Kompas 100 CEO Forum, Kamis (24/11).


Dalam kesempatan terpisah, Bambang Gatot Ariyanto, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bilang, pilihan IPO Amman Mineral Nusa Tenggara berada di tangan Medco Energi. Namun, baik peraturan pemerintah (PP) maupun kontrak karya (KK) tak mengenal skema IPO.

Makanya, rencana tersebut baru bisa terealisasi jika ada payung hukum yang mengatur. "Memang, saat ini, juga aturannya belum ada, jadi lihat saja nanti aturannya bakal seperti apa. Kalau sudah ada (aturannya), baru bisa IPO," ujar Bambang, Jumat (25/11) pekan lalu.

Sembari mematangkan rencana dan menunggu lampu hijau dari pemerintah, Medco Energi melanjutkan rencana pembangunan fasilitas pemurnian mineral mentah alias smelter. Perusahaan berkode saham MEDC di Bursa Eefek Indonesia itu memperkirakan, dana investasi pembangunan smelter mencapai US$ 800 juta-US$ 1,2 miliar.

Sejak masih menyandang nama Newmont Nusa Tenggara, manajemen perusahaan berencana menggandeng PT Freeport Indonesia dalam merealisasikan smelter. Namun semisal kongsi itu batal, pembangunan smelter tetap berjalan.

Asal tahu, proses studi untuk menetapkan kepastian kapasitas dan investasi smelter masih berlangsung. Perencanaannya sudah sampai tahap VI. Kalau tak meleset, tahap VI butuh waktu dua tahun. Selanjutnya, tahap VII adalah memulai pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini