KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) bersiap menatap tahun 2025. MEDC pun bakal memetik hasil ekspansi dari proyek minyak dan gas (migas) maupun ketenagalistrikan. Direktur & Chief Administrative Officer Medco Energi Internasional, Amri Siahaan memastikan MEDC akan terus menjalankan eksplorasi dan pengembangan di wilayah migas yang dikelolanya. Dia bilang, strategi ini berhasil mengangkat produksi migas MEDC dengan kenaikan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai contoh, pada tahun 2021 tingkat produksi migas MEDC masih di level 94 million barrel oil equivalent per day (mboepd). Sedangkan pada tahun 2022 dan 2023 produksinya sudah menembus level 160-an mboepd. Sementara hingga periode sembilan bulan 2024, produksi MEDC berada di level 153 mboepd. "(Kenaikan produksi) memang banyak melalui akuisisi. Tapi akuisisi saja tidak cukup. Setelah itu, kami kembangkan, sehingga produksi bisa meningkat dan bertahan dengan baik," ujar Amri, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Laba Medco (MEDC) Naik 12,7% Jadi US$ 273,27 Juta Hingga Kuartal III-2024 Secara keseluruhan, Amri menggambarkan bauran produksi MEDC dominan dari gas dengan porsi 75% -80%. Sedangkan sisanya merupakan produksi minyak. MEDC pun menargetkan pada awal tahun depan akan ada tambahan produksi sekitar 10.000 barel per hari dari lapangan Forel. Amri optimistis MEDC bisa mencapai bisnis yang berkelanjutan. Sebab, gas merupakan komoditas penting dalam proses transisi energi di Indonesia maupun dunia. Secara bersamaan, MEDC memacu transisi energi melalui segmen ketenagalistrikan yang dijalankan oleh Medco Power Indonesia. "Dalam transisi energi, Medco Power akan banyak berperan. Kami percaya, apa yang Medco produksi akan terserap oleh pasar, baik dari migas maupun dari Medco Power," ujar Amri. Direktur & Chief Financial Officer Medco Power Indonesia Myrta Sri Utami mengungkapkan saat ini Medco Power masih fokus mengembangkan proyek pembangkit listrik dengan tiga sumber energi. Meliputi gas, panas bumi (geothermal) dan matahari. Pada tahun ini, sekitar 77% bauran listrik Medco Power bersumber dari gas, sedangkan 23% sisanya berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Myrta bilang, porsi EBT akan bertambah menjadi 26% pada tahun 2025 dan mencapai 30% pada tahun 2030. Medco Power pun akan memanen tambahan kapasitas dengan beroperasinya beberapa pembangkit listrik di 2025. Fokus utama Medco Power adalah proyek Ijen Geothermal 110 Megawatt (MW). Ijen Fase 1 sebesar 34 MW ditargetkan bisa beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD) pada kuartal I-2025. Selanjutnya adalah proyek Advanced Energi Listik Batam (ELB) Add-on di Batam yang ditargetkan COD pada kuartal III-2025.
Baca Juga: Cek Rencana Bisnis Emiten UNTR, MEDC dan PTBA di Awal 2025 dan Rekomendasi Sahamnya Proyek tersebut akan meningkatkan kapasitas dari 70 MW menjadi 109 MW. Proyek berikutnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) East Bali PV 25 MWPeak (MWp) yang sedang dalam penyelesaian mekanis (mechanical completion) pada akhir tahun 2024. Myrta menggambarkan, saat ini Medco Power memiliki gross capacity eksisting pembangkit gas sebesar 552 MW. Medco Power menargetkan tambahan kapasitas sebanyak 339 MW, sehingga akan menjadi 891 MW pada tahun 2030. Pada pembangkit geothermal, saat ini gross capacity Medco Power sebesar 330 MW. Medco Power menargetkan tambahan 165 MW, sehingga kapasitas pembangkitan dari geothermal bisa melonjak ke level 495 MW pada 2030. Sedangkan di segmen tenaga surya (Solar PV), saat ini Medco Power memiliki gross capacity sebanyak 51 MWp. Target Medco Power cukup ambisius dalam mendongkrak kapasitas Solar PV, yakni mengejar tambahan 2.025 MWp untuk mencapai 2.076 MWp pada tahun 2030.
Baca Juga: Emiten Migas Catat Kinerja Positif di Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Analis Proyek paling jumbo adalah PLTS Bulan di daerah Batam dengan kapasitas sekitar 2.500 MWp atau 2,5 Gigawatt Peak (GWp). Melalui proyek yang ditargetkan bisa COD pada tahun 2028 ini, Medco membidik ekspor listrik ke Singapura dengan kapasitas 600 MW. Dari sisi panduan kinerja, MEDC sudah mengumumkan target operasional yang ingin dicapai pada tahun depan. Pada segmen migas, MEDC masih menjaga tingkat produksi di sekitar 145 mboepd - 150 mboepd, dengan biaya produksi di bawah US$ 10 per barrel oil equivalent (boe). Meski menjaga tingkat produksi dan biaya, tapi MEDC mengerek anggaran belanja modal (capex) untuk segmen migas dari US$ 350 juta menjadi US$ 400 juta. Sedangkan pada segmen ketenagalistrikan, MEDC mendongkrak target penjualan dari 4.100 GWh menjadi 4.500 GWh. MEDC memangkas alokasi capex untuk segmen ketenagalistrikan dari US$ 80 juta menjadi US$ 30 juta pada 2025. Sekadar mengingatkan, selain bisnis migas dan ketenagalistrikan, MEDC juga memanen kontribusi dari bisnis tambang tembaga dan emas melalui kepemilikan 20,91% di PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN). Praktisi Pasar Modal & Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat panduan produksi dan penjualan sejumlah emiten energi dan tambang menunjukkan optimisme terhadap outlook bisnis untuk tahun 2025. Termasuk bagi Medco Energi (MEDC). Tapi, Hendra memprediksi emiten masih melakukan pendekatan yang hati-hati, mengingat potensi ketidakpastian masih membayangi pasar global. Secara umum, Hendra menaksir harga komoditas seperti minyak dan gas akan bergerak lebih stabil pada tahun depan, setelah mengalami fluktuasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
"Faktor utama yang memengaruhi adalah permintaan global yang cenderung meningkat, didorong oleh pemulihan ekonomi di negara-negara maju dan berkembang, serta pergeseran menuju energi hijau," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (2/12). Dari sisi pergerakan saham, Hendra menyarankan koleksi MEDC dengan strategi
buy on weakness. Area harga yang bisa dicermati berada di Rp 980. Target harga yang bisa dipertimbangkan berada di level Rp 1.185 per saham. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat MEDC memiliki ruang untuk mengerek tingkat produksi, meski dengan level yang cenderung terbatas. Katalis yang bisa mendorong MEDC adalah peningkatan kapasitas produksi dan stabilitas harga.
Tapi, risiko fluktuasi harga dan ketidakpastian geo-politik secara umum masih membayangi sektor komoditas, termasuk migas. Sebagai rekomendasi, untuk jangka pendek Miftahul menyarankan wait and see terlebih dulu saham MEDC, atau bisa menunggu di area support Rp 980 - Rp 1.005 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari