Medco melepas aset CBM secara bertahap



JAKARTA. Harga dan permintaan energi alternatif masih belum stabil. Kondisi ini mendorong PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) kembali fokus pada sumber energi konvensional, yakni minyak dan gas (migas).

MEDC akan segera melepas hak partisipasi (participating interest) blok produksi gas metana batubara atau coal bed methane (CBM) satu per satu. "CBM itu low priority, kami akan fokus pada energi konvensional," ujar Ronald Gunawan, Direktur Operasi MEDC akhir pekan lalu (18/6).

MEDC punya tiga blok produksi CBM, yakni Blok Sekayu, Blok Lematang dan Blok Muralim, yang seluruhnya berada di Sumatra Selatan. Salah satu blok yang paling terlihat skema pelepasannya adalah Blok Lematang. Di blok ini, MEDC memiliki kepemilikan 80%, PT Saka Energi sebesar 5% dan PT Methanindo Energi Reseources 15%.


Proses penjualan participating interest dimulai Desember 2014. MEDC menandatangani asset sale and purchase agreement (ASPA) dengan Methanindo. MEDC akan melepas 21% participating interest kepada Methanindo. Sebagai kompensasi, Methanindo wajib membayar US$ 555.666 atau setidaknya setara Rp 70 miliar ke MEDC.

Pada November 2016, MEDC menyerahkan sisa 34% participating interest kepada Methanindo. Pengalihan hak partisipasi ini tak kunjung memperoleh persetujuan dari pemerintah.

MEDC juga tengah bernegosiasi melepas Blok Sekayu. Di blok ini, MEDC melalui anak usahanya, PT Medco CBM Sekayu bermitra dengan South Sumatra Energy Inc (SSE Inc). Masing-masing mengempit participating interest 50%. Medco menjadi operator di blok ini.

MEDC memiliki participating interest 50% di Blok Muralim bersama Dart Energy yang bertindak sebagai operator. "Kalau yang blok Muralim masih kami pertahankan," imbuh Ronald.

Pemilik MEDC Arifin Panigoro mengatakan, pihaknya terus melanjutkan proses transaksi pembelian saham kontraktor sekaligus perusahaan yang tercatat di bursa Australia, yakni Macmahon Holdings Limited. Medco telah memproses perjanjian awal atau head of agreement (HOA) terkait pembelian saham. "Intinya, kami ingin mengajak mereka masuk," ujar Arifin.

Rencana akuisisi ini diawali dengan penerbitan 954 juta saham baru Macmahon senilai A$ 0,203 per saham. Saham ini akan diserap oleh cucu usaha MEDC, Amman Mineral Contractors Pte Ltd (AMC). AMC akan menggenggam 44,3% saham Macmahon. Saat ini, 65% saham AMC digenggam oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara, dan sisanya oleh PT AP Investment.

Kongsi ini nantinya akan memiliki hak untuk menambang sejumlah blok, yakni Blok Batu Hijau, Blok Elang dan Blok Nangka. Macmahon perlu meminta restu pemegang saham terkait rencana ini pada bulan depan.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyebut, emiten harus berupaya meningkatkan kinerja, termasuk lewat efisiensi. Pelepasan aset bisa membuat MEDC lebih gesit mencari alternatif energi lain. "Dengan fokus pada pengembangan South Natuna Sea Block B, diharapkan prospek emiten ini bisa berkembang," tambah dia.

Nafan memprediksi, pendapatan MEDC tahun ini berpotensi naik 4% menjadi US$ 624 juta. Dia merekomendasikan buy MEDC dengan target Rp 3.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto