Medco Power siap teken kontrak penjualan setrum



JAKARTA. PT Medco Power Indonesia siap memulai konstruksi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Untuk itu, anak usaha PT Medco Energi ini akan meneken dua perjanjian sekaligus pada Februari 2013, yaitu kontrak penjualan setrum dengan PT PLN, dan perjanjian dengan PT Pertamina sebagai pemilik aset.Direktur Utama PT Medco Power Indonesia Fazil E. Alfitri optimistis, proyek PLTP Sarulla bisa berjalan lancar. Apalagi, pemerintah telah menerbitkan peraturan bersama yang diteken Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri Keuangan, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).Sekadar mengingatkan, peraturan yang diterbitkan 8 Februari 2013 itu menyatakan, status aset hulu berupa sumur dan fasilitas pengeboran, serta aset hilir berupa peralatan dan pembangkit listrik - merupakan milik PT Pertamina Geothermal Energi (PGE). Artinya, Pertamina bersama pihak konsorsium boleh menggunakan aset hilir untuk memenuhi pembiayaan proyek PLTP Sarulla. Fazil bilang, beleid tersebut menjadi payung hukum bagi pihak konsorsium untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan dengan cara menjaminkan aset. "Konstruksi pembangunan PLTP Sarulla pun bisa langsung kami mulai," katanya, Minggu (17/2). Sejatinya, proyek PTLP Sarulla sudah dimulai sejak 2007. Namun, proyek tertunda lantaran konsorsium tidak memiliki jaminan untuk mencari pinjaman dari bank. Adapun konsorsium yang akan menggarap proyek PLTP berkapasitas 3x110 megawatt (MW) itu adalah PT Sarulla Operation Limited (SOL), yang terdiri dari  Medco Power, Kyushu Electric, Itochu Corporation, dan Ormat International Inc. Nantinya, pembangkit ini akan menjadi PLTP berkapasitas terbesar di Asia.Investasi US$ 1,5 miliarMenurut Fazil, untuk bisa memasuki tahap konstruksi, pihaknya pertama-tama harus menggelar dua perjanjian kontrak. Pertama, perjanjian penjualan energi alias energy sales contract (ESC) dengan  PT PLN selaku pembeli setrum. Harga jual setrum ke PLN sekitar US$ 0,0679 per kilowatt hours (kwh).Kedua, perjanjian kontrak operasi bersama alias joint operation contract (JOC) antara konsorsium dengan PT Pertamina Geothermal Energi selaku pemilik aset PLTP Sarulla. "Dalam beberapa hari ke depan, kami akan menggelar ESC dan JOC," kata Fazil. Dia bilang, jika pelaksanaan konstruksi dimulai bulan ini, maka Unit I PLTP Sarulla diperkirakan sudah bisa beroperasi pada akhir 2014. Sedangkan unit II dan III  akan beroperasi pada 2015 dan 2016 mendatang. Fazil menghitung, total investasi pembangunan proyek PLTP Sarulla akan mencapai US$ 1,5 miliar. Nah, seluruh investasi pembangunan Unit I akan didanai konsorsium. Sedangkan, pendanaan dua unit lain akan diperoleh dari pinjaman perbankan. Adapun perbankan yang siap mengucurkan pinjaman antara lain Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan Asian Development Bank (ADB). Direktur Utama PLN Nur Pamudji menyebut, kesepakatan ESC dengan konsorsium akan berlangsung selama 30 tahun. Nantinya, setelah perjanjian berakhir, PLTP Sarulla sebagai aset hilir akan menjadi milik PLN. "Konsorsium bertugas membangun dan mengoperasikan PLTP selama 30 tahun, setelah itu pembangkit menjadi milik PLN, sedangkan sumur bor tetap milik Pertamina," jelas Nur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini