Media China serang AS: Washington takkan berani menghadapi Beijing



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hubungan antara Amerika dan China tampaknya jauh dari kata membaik. Sebagai bukti, media pemerintah China sekali lagi melancarkan serangan pedas terhadap AS dan sekutu Baratnya menyusul tindakan keras terbaru Beijing terhadap oposisi pro-demokrasi di Hong Kong.

Melansir Express.co.uk, The Global Times - media harian yang dikelola pemerintah China - telah menerbitkan editorial yang mengklaim Barat "tidak akan berhasil" dengan tekanan yang diterapkan pada China atas pelanggaran hak asasi manusia. Surat kabar tersebut juga memperingatkan bahwa Barat tidak "punya nyali" untuk menghadapi China. 

Editorial ini datang sehari sebelum The Global Times memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya sebagai Presiden AS dari Donald Trump. Ucapan selamat yang hangat itu datang setelah seminggu China berdiam diri terhadap hasil Pemilu AS.


Express.co.uk memberitakan, China sepertinya menanti untuk melihat pandangan apa yang akan diambil Biden tentang kebijakan luar negeri AS. Akan tetapi, para ahli yakin dia tidak akan mengubah arah kebijakan sehingga tidak akan mengakhiri ketegangan antara Washington dan Beijing.

Baca Juga: Calon Menhan: AS harus dapat tenggelamkan semua kapal China di Laut China Selatan

Presiden terpilih, yang akan menggantikan Trump di Gedung Putih pada Januari 2021 mendatang, telah berjanji bahwa AS akan membela pelanggaran China atas hak asasi manusia, ekspansionisme militer, dan praktik perdagangan yang tidak fair.

Selama beberapa bulan terakhir, pemerintahan Donald Trump telah memberikan dukungannya di belakang para pengunjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong.

AS, seperti halnya Inggris dan Jerman, minggu ini mengecam pengusiran empat anggota parlemen pro-demokrasi China dari badan Dewan Legislatif Hong Kong.

Baca Juga: Siap perang, China merilis garis besar tentang peningkatan kemampuan tempur

Langkah dari Beijing memicu reaksi marah, sehingga memicu pengunduran diri semua menteri pro-demokrasi yang tersisa di parlemen sebagai bentuk aksi protes.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie