Media pemerintah China desak penanganan yang lebih keras pada demonstran Hong Kong



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI.  Media pemerintah China pada hari Senin mendesak pihak berwenang untuk mengambil "garis yang lebih keras" (tougher line) terhadap pengunjuk rasa di Hong Kong yang merusak kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah dan bangunan lainnya pada akhir pekan lalu, dengan mengatakan kekerasan merusak aturan hukum kota.

Mengutip Reuters, Senin (4/11), dalam sebuah tajuk rencana, surat kabar China Daily yang didukung negara mengkritik serangan “nakal” oleh para demonstran “naif”.

Baca Juga: Hong Kong akhirnya mengalami resesi pertama dalam satu dekade terakhir


Editorial tersebut menambahkan, “Mereka ditakdirkan untuk gagal hanya karena kekerasan mereka akan menemui beratnya hukum.”

Polisi menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa berpakaian hitam pada hari Sabtu. Ini merupakan beberapa kekerasan terburuk di pusat keuangan Asia dalam beberapa minggu terakhir.

Para demonstran membakar stasiun metro dan bangunan dirusak, termasuk outlet Starbucks.

Lima bulan terakhir protes anti-pemerintah di negara bekas jajahan Inggris ini merupakan tantangan terbesar bagi pemerintah Presiden Xi Jinping sejak ia mengambil alih kepemimpinan Tiongkok pada akhir 2012.

Baca Juga: Demo masih berlangsung, penjualan ritel Hong Kong nyungsep 18%

Para pengunjuk rasa marah terhadap campur tangan China atas kebebasan Hong Kong, termasuk sistem hukumnya, karena pusat keuangan Asia kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997. Namun China membantah tuduhan itu.

Tabloid Global Times yang banyak dibaca pada hari Minggu mengutuk tindakan para demonstran yang menargetkan Xinhua dan menyerukan aksi oleh lembaga-lembaga penegak hukum Hong Kong.

"Karena citra simbolis Xinhua, perusakan cabang tidak hanya provokasi terhadap aturan hukum di Hong Kong, tetapi juga kepada pemerintah pusat dan China daratan yang merupakan tujuan utama para perusuh," katanya.

Pada hari Jumat, setelah pertemuan kepemimpinan puncak China, seorang pejabat senior China mengatakan tidak akan mentolerir separatisme atau ancaman terhadap keamanan nasional di Hong Kong.

Baca Juga: Alibaba Holding mencatat kinerja ciamik pada kuartal II 2019

Editor: Noverius Laoli