KONTAN.CO.ID - Raksasa minyak dan gas asal Inggris BP resmi menunjuk Meg O’Neill, CEO Woodside Energy Australia sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru. O’Neill akan mulai menjabat pada April mendatang, menggantikan Murray Auchincloss yang mundur secara mendadak. Melansir
Reuters pada Kamis (18/12/2025), penunjukan ini menjadi tonggak bersejarah bagi BP.
Baca Juga: Pidato di Gedung Putih, Trump Klaim Prestasi di Tengah Anjloknya Kepuasan Publik O’Neill tercatat sebagai CEO pertama yang direkrut dari luar perusahaan sepanjang lebih dari satu abad sejarah BP, sekaligus perempuan pertama yang memimpin salah satu dari lima perusahaan minyak dan gas terbesar dunia. Pergantian CEO ini merupakan yang kedua dalam kurun waktu sedikit lebih dari dua tahun, mencerminkan upaya BP untuk mempercepat perbaikan kinerja setelah laba dan harga sahamnya tertinggal dibandingkan pesaing seperti Exxon Mobil dan Shell. Awal tahun ini, BP melakukan perubahan strategi besar dengan memangkas miliaran dolar investasi energi terbarukan dan kembali memfokuskan bisnis pada minyak dan gas. Perusahaan juga berkomitmen melepas aset senilai US$20 miliar hingga 2027, menurunkan utang, serta menekan biaya operasional. Ketua BP yang baru, Albert Manifold, menegaskan bahwa meskipun sejumlah kemajuan telah dicapai, perusahaan membutuhkan disiplin dan ketegasan lebih besar untuk mendorong transformasi yang dapat memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Manifold sebelumnya mendapat tekanan dari investor aktivis Elliott Investment Management, salah satu pemegang saham terbesar BP, yang mendesak perombakan kepemimpinan dan strategi.
Baca Juga: Rupiah dan Dolar Taiwan Melemah Kamis (18/12) Pagi, Mata Uang Asia Tertekan Dolar AS Rekrutmen Profil Tinggi Meg O’Neill (55), warga Amerika Serikat asal Colorado, telah memimpin Woodside sejak 2021 dan sebelumnya menghabiskan 23 tahun berkarier di Exxon Mobil. Di bawah kepemimpinannya, Woodside melakukan merger dengan unit migas BHP Group, membentuk salah satu produsen minyak dan gas independen terbesar dunia dengan valuasi sekitar US$40 miliar serta menggandakan produksi migas. Akuisisi tersebut juga membawa Woodside berekspansi ke Amerika Serikat, termasuk pengembangan proyek liquefied natural gas (LNG) di Louisiana. “Ini jelas perekrutan berprofil tinggi dan kemungkinan besar merupakan perubahan yang selama ini diharapkan pemegang saham BP,” ujar Dan Pickering, Chief Investment Officer Pickering Energy Partners. Sementara itu, Michael Alfaro, CIO Gallo Partners menilai penunjukan O’Neill menegaskan arah BP untuk memperkuat bisnis gas alam. “Ini sinyal bahwa BP ingin mendorong pertumbuhan migas secara menyeluruh. O’Neill memiliki reputasi dan rekam jejak eksekusi yang solid,” katanya.
Baca Juga: Isu Prospek AI Tekan Saham Teknologi, Nikkei Ambles ke Level Terendah 3 Pekan Dampak ke Woodside Saham Woodside sempat turun hingga 2,6% setelah pengumuman kepergian O’Neill, menyentuh level terendah sejak Oktober. Woodside menunjuk Liz Westcott sebagai CEO sementara dan menargetkan penunjukan CEO permanen pada kuartal pertama 2026. Sementara itu, di BP, Carol Howle akan menjabat sebagai CEO interim hingga O’Neill resmi mengambil alih.
Auchincloss, yang mulai menjabat pada 2024 menggantikan Bernard Looney yang mundur akibat pelanggaran kebijakan internal akan meninggalkan BP pada Kamis ini. BP juga tengah meninjau strategi pengembangan dan monetisasi aset migasnya, termasuk proses divestasi unit pelumas Castrol, yang menjadi bagian penting dari program penjualan aset untuk menekan beban utang.