Mega Merger Media: Saudi-Qatar-Abu Dhabi Incar Paramount-WBD



KONTAN.CO.ID -  Industri media global kembali memanas setelah muncul rencana investasi miliaran dolar dari Saudi Arabia, Qatar, dan Abu Dhabi ke dalam potensi penggabungan Paramount dan Warner Bros Discovery.

Langkah ini menarik perhatian karena melibatkan negara kaya minyak yang bukan hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi juga memiliki kepentingan strategis jangka panjang.

Melansir dari Business Insider, rencana tersebut mencuat di tengah persaingan ketat akuisisi Warner Bros Discovery yang sebelumnya dimenangkan Netflix. 


Baca Juga: Ratu Thailand Queen Suthida Siap Berlaga di SEA Games 2025 Cabang Layar

Isu ini menjadi semakin kompleks karena menyangkut industri media Amerika Serikat yang sarat dengan kepentingan politik, pengaruh budaya, serta regulasi investasi asing.

Nilai investasi yang disebutkan bahkan mencapai puluhan miliar dolar dan berpotensi melahirkan konglomerat media raksasa dengan kekuatan global.

Ambisi Paramount dan Peran Keluarga Ellison

Rencana akuisisi Warner Bros Discovery dipimpin oleh Larry Ellison bersama putranya David Ellison yang saat ini mengendalikan Paramount.

Keduanya berniat membentuk konglomerat media baru yang menaungi jaringan besar seperti CBS, CNN, HBO, serta dua studio film ternama.

Untuk mewujudkan ambisi tersebut, keluarga Ellison tidak bergerak sendiri dan menggandeng mitra keuangan dari luar negeri.

Saudi Arabia, Qatar, dan Abu Dhabi disebut sebagai penyandang dana utama yang siap menggelontorkan dana dalam jumlah sangat besar.

Pada penawaran sebelumnya, total investasi dari ketiga negara ini disebut mencapai sekitar US$ 24 miliar, jauh lebih besar dibanding dana pribadi keluarga Ellison.

Meski nominal terbaru tidak diungkapkan secara terbuka, Paramount menegaskan bahwa dukungan finansial dari negara tersebut masih menjadi bagian penting dari proposal baru.

Paramount juga menyatakan bahwa keluarga Ellison dan RedBird Capital siap menjamin pendanaan penuh jika dibutuhkan.

Pernyataan ini dimaksudkan untuk menenangkan pemegang saham dan regulator, sekaligus menunjukkan bahwa kontrol operasional tetap berada di tangan pemilik Amerika Serikat.

Baca Juga: Pendiri DeepSeek Liang Wenfeng Raup Hampir 40 Juta Yuan dari IPO Moore Threads

Mengapa Negara Kaya Minyak Tertarik pada Media Global

Investasi media oleh negara kaya minyak bukan fenomena baru. Dalam beberapa tahun terakhir, Saudi Arabia, Qatar, dan Abu Dhabi secara aktif menanamkan modal di sektor olahraga, hiburan, dan teknologi global.

Media internasional dengan jangkauan luas dipandang sebagai aset strategis yang mampu memengaruhi persepsi publik, budaya, dan narasi global.

Kepemilikan saham di perusahaan media besar memberi akses tidak langsung terhadap industri yang memiliki daya sebar informasi sangat luas.

Meski secara formal tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, posisi sebagai investor besar tetap memberi nilai strategis jangka panjang.

Hal inilah yang memunculkan spekulasi bahwa motif investasi mereka tidak semata mengejar imbal hasil finansial.

Selain itu, ekspansi ekonomi pasca ketergantungan minyak mendorong negara-negara tersebut untuk mendiversifikasi portofolio global.

Media dan hiburan dinilai sebagai sektor yang stabil, bernilai tinggi, serta memiliki peluang pertumbuhan internasional yang besar, terutama di era streaming.

Isu Regulasi dan Kekhawatiran Pengaruh Asing

Salah satu alasan utama mengapa Paramount menekankan tidak adanya hak suara bagi investor Timur Tengah adalah faktor regulasi.

Warner Bros Discovery sebelumnya menyoroti potensi masalah persetujuan dari Komite Penanaman Modal Asing Amerika Serikat atau CFIUS. Lembaga ini memiliki kewenangan untuk meninjau investasi asing di sektor strategis Amerika Serikat.

Dengan status tanpa kursi dewan, tanpa hak suara, dan tanpa kendali operasional, Paramount berargumen bahwa investasi tersebut tidak memerlukan persetujuan khusus dari CFIUS.

Pendekatan ini menjadi bagian dari strategi untuk meyakinkan pemegang saham bahwa kesepakatan tersebut relatif aman secara hukum.

Namun dalam praktiknya, keputusan politik sering kali lebih menentukan daripada aturan teknis. Faktor hubungan internasional, kepentingan geopolitik, dan dinamika kepemimpinan Amerika Serikat tetap memiliki pengaruh besar terhadap nasib kesepakatan seperti ini.

Tonton: Listrik di Aceh Baru Menyala 60 Persen, DPR Minta Bahlil Tak Bohongi Presiden

Pertanyaan Besar di Balik Investasi Jumbo

Terlepas dari penjelasan resmi yang disampaikan Paramount, pertanyaan utama tetap mengemuka. Jika Saudi Arabia, Qatar, dan Abu Dhabi benar benar menanamkan dana dalam jumlah sangat besar, apakah mereka akan puas hanya dengan keuntungan finansial.

Skala investasi tersebut tergolong luar biasa untuk ukuran instrumen pasif tanpa kendali manajemen.

Kepemilikan saham di perusahaan media yang membawahi jaringan berita, studio film, dan platform hiburan global memiliki nilai lebih dari sekadar angka laba.

Media adalah alat lunak yang mampu membentuk opini publik dan citra internasional. Inilah yang membuat rencana ini terus menjadi bahan analisis dan perdebatan di industri media dan politik global.

Di tengah ketidakpastian persetujuan regulator, perubahan dinamika politik Amerika Serikat, dan persaingan ketat industri streaming, rencana investasi ini masih sangat terbuka terhadap berbagai kemungkinan.

Yang jelas, ketertarikan negara negara kaya minyak terhadap Paramount dan Warner Bros Discovery menegaskan bahwa media global kini menjadi arena strategis dengan kepentingan jauh melampaui bisnis semata.

Selanjutnya: Adakah Manfaat Makan Wortel Sebelum Tidur? Disebut Bikin Tidur Lebih Nyenyak

Menarik Dibaca: Adakah Manfaat Makan Wortel Sebelum Tidur? Disebut Bikin Tidur Lebih Nyenyak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News