Mega proyek kota baru Arab Saudi pesaing Dubai



KONTAN.CO.ID - RIYADH. Arab Saudi bakal meninggalkan ketergantungan ekonominya dari minyak bumi. Negeri kerajaan ini sedang menyiapkan proyek ambisius untuk menyaingi Dubai sebagai hub internasional sekaligus pusat ekonomi, wisata, dan jasa.

Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengumumkan rencana untuk membangun sebuah kota baru nan modern di pantai Laut Merah, yang lokasinya berbatasan dengan Mesir dan Yordania. Kota baru itu akan menjadi zona kawasan bebas, beroperasi secara independen dan menjanjikan gaya hidup yang tidak tersedia di Arab Saudi saat ini.

Sang Pangeran Mohammed menyebut proyek mercusuar tersebut dengan proyek NEOM. Proyek kota baru ini akan menelan investasi senilai US$ 500 miliar. Dananya dari  Pemerintah Arab Saudi melalui sovereign wealth fund, serta investor lokal dan asing.


Seperti dilaporkan Bloomberg, pewaris tahta Kerajaan Arab Saudi yang baru menginjak usia 32 tahun itu mengatakan, NEOM akan didukung energi bersih dan tidak memiliki ruang untuk sesuatu yang dia sebut tradisional.

Rencana ambisius ini mencakup juga pembangunan jembatan yang membentang di Laut Merah, menghubungkan kota yang diusulkan ke Mesir dan wilayah lainnya di Afrika. Sekitar 10.000 mil persegi atau setara 25.900 kilometer persegi lahan  telah dialokasikan untuk pembangunan kota baru yang akan membentang hingga perbatasan Yordania dan Mesir.

Klaus Kleinfeld, mantan Chairman & CEO Siemens AG dan juga Alcoa Inc., ditunjuk memimpin pengembangan NEOM. Nah, sebagai langkah awal, Selasa (24/10), SoftBank Vision Fund meneken perjanjian dengan soverign wealth fund Arab Saudi untuk membeli saham dalam jumlah signifikan di Saudi Electricity Co yang kelak akan memberi pasokan energi listrik untuk kota baru tersebut. Catatan saja,  Arab Saudi juga menjadi investor penting dalam SoftBank Vision Fund tersebut.

Arab Saudi menjanjikan akan mengubah ratusan kilometer pantai Laut Merah menjadi tujuan wisata kelas dunia dan menjadikan kawasan itu semiotonom dan diatur oleh undang-undang  yang setara dengan standar internasional.

Sejak menjadi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed berusaha menyiapkan perombakan ekonomi Arab Saudi untuk era pasca minyak yang dikenal dengan Vision 2030. Dalam waktu kurang dari dua tahun, dia mengungkapkan rencana  menjual saham di raksasa minyak Saudi Aramco, lalu menciptakan soverign  wealth fund dengan dana kelolaan terbesar di dunia. Terakhir, dia juga melonggarkan ketentuan larangan bagi kaum perempuan untuk mengemudikan kendaraan.

Bukan itu saja, Pemerintah Arab Saudi juga telah memotong subsidi, mengurangi pengeluaran untuk memangkas defisit anggaran dan berencana mengenakan pajak pertambahan nilai tahun depan untuk meningkatkan pendapatan non-minyak.

Steffen Hertog , Profesor di London School of Economics yang juga pengamat Arab Saudi mengatakan, jika ingin menjadikan proyek kota baru  itu menjadi hub internasional, Arab Saudi perlu menawarkan sesuatu yang lebih baik dari Dubai.

Editor: Sanny Cicilia