Mei 2018, inflasi terendah bulan Ramadan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga barang dan jasa di tingkat konsumen pada Mei 2018 relatif terkendali dibandingkan periode sama tahun lalu. Hal ini terindikasi dari angka inflasi pada Mei 2018 yang hanya 0,21%.

Meski lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,1%, tapi inflasi di musim Ramadan itu lebih rendah dari musim yang sama Mei 2017 yang mencapai 0,39%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, rendahnya inflasi saat Ramadan tahun ini bukan berarti permintaan masyarakat lambat. Sebab, dia bilang, berdasarkan komponennya inflasi inti justru memberikan andil terbesar terhadap inflasi.


Catatan BPS, inflasi inti pada Mei 2018 tercatat sebesar 0,21%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 0,15%. Dengan demikian, inflasi inti tahunan Mei 2018 tercatat 2,75% year on year (yoy), yang juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,69% YoT.

Andil inflasi inti terhadap inflasi umum yaitu 0,12%. "Jadi saya tidak melihat ini sebagai perlambatan konsumsi, melainkan komponen harga yang bergejolak yang sangat terkendali," kata Suharoyanto, Senin (4/6).

Sedangkan komponen harga yang bergejolak atau volatile food pada Mei 2018, mencatat inflasi sebesar 0,19% dan 4,33% YoY. Namun, andil inflasinya hanya 0,03%. Sementara komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) mencatat inflasi 0,27% dan 3,61% (yoy). Andil inflasinya juga hanya 0,06%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai inflasi yang kecil pada Mei 2018 disebabkan oleh terjaganya harga-harga. Dia mengklaim, BI dan pemerintah serta tim pengendali inflasi berhasil menstabilkan harga-harga. "Ini membuktikan komitmen yang kuat bahwa pasokan terjaga dan terkendali. Ini inflasi yang terendah dibandingkan bulan Ramadan tahun sebelumnya," jelas Perry.

Menurut Perry, pelemahan rupiah sepanjang bulan lalu tak berdampak signifikan terhadap inflasi. "Ini membuktikan kepada analisis yang mengatakan bahwa inflasi bakal tinggi bila nilai tukar lemah adalah salah," papar Perry.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, gejolak dollar AS memang berpotensi meningkatkan juga inflasi, namun harga-harga masih stabil. "Stabilitas dari harga pangan dan pasokan memberi kepastian yang baik. Kami akan terus jaga ini sehingga tahun ini inflasi sesuai dengan target 3,5% plus minus 1%," tandas Sri Mulyani.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengapresiasi keberhasilan pemerintah dan BI mengendalikan harga, terutama komoditas pangan. Namun menurutnya, pencapaian ini belum tentu terulang pada periode mendatang.

Menurutnya, pemerintah berhasil melakukan stabilisasi harga pangan saat Ramadan karena menambah pasokan impor. Pemerintah juga telah melarang PT Pertamina untuk menaikan harga Pertalite. "Sementara tahun depan, tergantung kondisi komoditas yang ada," kata Juniman.

Sebab, pemerintah telah cukup lama menahan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika tahun depan harga minyak mentah terus naik, pemerintah terpaksa menaikan harga energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini