AKARTA. Masih melimpahnya pasokan batubara di pasar internasional membuat harga jual komoditas tersebut terus terperosok. Hal itu dikarenakan China sebagai penyerap batubara terbesar dunia tengah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sementara jumlah produksi batubara, baik di Indonesia maupun negara lain seperti Australia dan Amerika Serikat terus meningkat. Berdasarkan ketetapan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) per Mei ini mencapai US$ 73,6 per ton. Harga patokan tersebut lebih rendah 1,6% dibandingkan dengan ketetapan HBA di bulan sebelumnya sebesar US$ 74, 81 per ton. Bahkan, ketetapan harga yang mengacu pada perkembangan harga jual di Indonesia Coal Index (ICI), Paltts Benchmark Price, New Castle Gobal Coal Index, serta harga jual di New Castle Export Index ini merupakan yang terendah sejak November 2009 silam. Sedangkan penetapan HBA tertinggi terjadi pada Februari 2011 sebesar US$ 127,05 per ton. Bob Kamandanu, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengatakan, kondisi perdagangan batubara sekarang ini tengah over suplai, sedangkan permintaan khususnya di China masih tetap stabil. "Di China sekarang banyak pilihan pasokan, misalnya Amerika juga tengah menjual ke Asia, Australia juga sedang tinggi produksinya," imbuhnya, Kamis (8/5). Kondisi harga yang terus melemah ini, lanjut Bob, tentunya semakin membebani produsen batubara nasional, terutama pemilik izin usaha pertambangan (IUP) yang produksinya terbatas. "Pembatasan suplai harus segera dilakukan oleh pemerintah, sebab demand batubara tidak sekuat tiga atau empat tahun lalu," ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mei, harga batubara kembali turun 1,6%
AKARTA. Masih melimpahnya pasokan batubara di pasar internasional membuat harga jual komoditas tersebut terus terperosok. Hal itu dikarenakan China sebagai penyerap batubara terbesar dunia tengah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sementara jumlah produksi batubara, baik di Indonesia maupun negara lain seperti Australia dan Amerika Serikat terus meningkat. Berdasarkan ketetapan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) per Mei ini mencapai US$ 73,6 per ton. Harga patokan tersebut lebih rendah 1,6% dibandingkan dengan ketetapan HBA di bulan sebelumnya sebesar US$ 74, 81 per ton. Bahkan, ketetapan harga yang mengacu pada perkembangan harga jual di Indonesia Coal Index (ICI), Paltts Benchmark Price, New Castle Gobal Coal Index, serta harga jual di New Castle Export Index ini merupakan yang terendah sejak November 2009 silam. Sedangkan penetapan HBA tertinggi terjadi pada Februari 2011 sebesar US$ 127,05 per ton. Bob Kamandanu, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengatakan, kondisi perdagangan batubara sekarang ini tengah over suplai, sedangkan permintaan khususnya di China masih tetap stabil. "Di China sekarang banyak pilihan pasokan, misalnya Amerika juga tengah menjual ke Asia, Australia juga sedang tinggi produksinya," imbuhnya, Kamis (8/5). Kondisi harga yang terus melemah ini, lanjut Bob, tentunya semakin membebani produsen batubara nasional, terutama pemilik izin usaha pertambangan (IUP) yang produksinya terbatas. "Pembatasan suplai harus segera dilakukan oleh pemerintah, sebab demand batubara tidak sekuat tiga atau empat tahun lalu," ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News