Mejeng dengan tas kertas semen dan karung goni



Kita acap menyaksikan, kantong-kantong semen berserakan di lokasi bekas pembangunan. Paling-paling yang bisa dilakukan terhadap kantong semen ini adalah dijual per kilogram.

Ataupun, kita acap menyaksikan karung goni bekas tempat beras berserakan atau dilipat begitu saja tanpa ada pemanfaatan yang jelas.  Tapi itu semua akan selesai oleh  Bayu Tripakorso dan Krisna Fitriyanto.

Yang pertama, Bayu Tripakorso, yang memberi nilai tambah bagi kantong semen dengan menjadikan sebagai bahan baku utama pembuatan produk tas unik nan cantik. Adapun Krisna menyulap limbah karung goni menjadi kerajinan tangan berkelas. Antara lain produk alas makan, wallpaper dinding, tempat majalah. Produknya makin menarik karena ditambah gambar sablon hasil desainnya sendiri.


Ketertarikan kedua tokoh kita ini terhadap kantong semen dan karung goni hampir sama. Bayu, yang merupakan anggota LSM pendamping masyarakat Muara Baru, tertarik terhadap kantong semen karena ia secara tak sengaja mencangkul tanah dan menemukan tumpukan kertas semen yang sama sekali tidak hancur walau tertanam sudah lama. Artinya kertas semen ternyata tidak mudah sobek atau hancur meskipun terkena air. Akan halnya Krisna, begitu melihat karung goni dia melihat bahwa karun goni itu memiliki keunikan tersendiri. Dari sini Krisna kemudian menemukan ide untuk memakai  karung goni sebagai bahan kerajinan sablon.

Mewujudkan ide

Setelah melihat kertas kantong semen memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kertas biasa,  Bayu kemudian membuat desain sebuah tas. Ternyata hasilnya bagus. Ide ini pun ia kembangkan dan hasilnya ia ajarkan kepada ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyuban Mawas Diri di Muara Baru, Jakarta, itu. Dari paguyuban ini, ide terus berkembang hingga kini. Dan kini jadi penghasilan tambahan yang lumayan buat anggota paguyuban. Yang menarik, paguyuban itu juga menyediakan modal buat anggotanya. Sekaligus, menampung dan memasarkan kerajinan tas kertas semen itu.

“Cukup meluangkan waktu untuk menyulam benang atau simpul tali dari kertas semen," ungkap Daeng Tago, salah satu anggota paguyuban. Usaha pembuatan tas dari kantong semen ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu rumah tangga. “Tentu saja ini merupakan penghasilan tambahan Kesibukan ini ada manfaatnya. Soalnya, hasil kerajinan bisa buat tambahan kebutuhan dapur,” kata Daeng Tago kepada KONTAN.  

Para ibu di paguyuban yang turut mengerjakan tas kantong semen itu memperoleh duit Rp 15.000 untuk setiap tas yang dibuat.  Kemudian produk yang dihasilkan pun terus bertambah. Kini dari kertas semen itu dibuat juga tempat telepon genggam, tatakan gelas, hiasan dinding, sandal, dompet tempat koin, tikar, dan juga topi.

Yang penting juga, untuk memperoleh bahan baku biayanya amat rendah. Menurut Andriani, koordinator di paguyuban, usaha ini tidak perlu modal besar. "Cukup dengan dana Rp 300.000 untuk membeli kertas semen. Selebihnya untuk membeli pernak-pernik," katanya. Proses pembuatan tas tak butuh waktu lama. Kertas dipotong dalam beberapa bagian lalu dibuat semacam tali. Setelah siap, tali direbus sekaligus diberi warna atau wantek sesuai dengan pesanan. Lantas dijemur selama beberapa hari. Setelah itu, benang siap dianyam menjadi tas cantik.

Krisna pun seperti Bayu, setelah mendapatkan ide menyablon karung goni, ia lalu membeli karung goni seharga Rp 100.000. Untuk peralatan mesin jahit dan mesin sablon tidak perlu membeli baru karena sudah ada mesin yang selama ini dipakai buat memproduksi kaus sablon. Sebelumnya Krisna memang fokus memproduksi kaus sablonan sejak 2009.

Sejak 2010, pria asal Bantul, Yogyakarta ini mulai menekuni kerajinan berbahan dasar goni.  Awal ia mencoba membuat kerajinan alas makan, seperti alas piring dan gelas. Supaya tambah menarik dan unik, karung goni tersebut ditambah gambar-gambar sablon hasil desain Krisna sendiri. "Kebetulan saya hobi membuat desain gambar, jadi saya coret-coret sendiri," katanya.

Awal ia mencoba membuat kerajinan alas makan, seperti alas piring dan gelas. Supaya tambah menarik dan unik, karung goni tersebut ditambah gambar-gambar sablon hasil desain Krisna sendiri. "Kebetulan saya hobi membuat desain gambar, jadi saya coret-coret sendiri," katanya.

Di bawah bendera usaha Innside, kini ia memproduksi aneka produk berbahan goni. Di antaranya alas makan, wallpaper untuk dinding, tempat majalah, goodie bag dan masih banyak lagi. Aneka produk ini dihargai mulai Rp 9.000 hingga 150.000 per pieces. "Produk paling mahal adalah wallpaper decor untuk dinding karena memerlukan bahan material karung goni cukup banyak," jelas Krisna.

Untuk mengembangkan usahanya, ke depan Krisna juga ingin membuat benda-benda baru dengan ragam inovasi desain. Adapun untuk produk berbahan semen, Andriani cukup yakin pasarnya bakal terus membesar. Selain kuat, juga punya nilai seni tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi