Mekanisme swap gas PLN dan Singapura direstui pemerintah



JAKARTA. Akhirnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merestui mekanisme swap atau pengalihan gas dari lapangan Gajah Baru di Natuna ke Singapura sebesar 140 mmscfd. Sedangkan, PT PLN Persero mendapatkan 40 mmscfd dari blok Koridor yang dioperasikan CoonocoPhilips di Sumatera Selatan.Blok Gajah Baru memproduksi gas sebesar 140 mmscfd. Berdasarkan kontrak, gas tersebut dibeli oleh Singapura sebesar 100 mmscfd, sedangkan 40 mmscfd untuk PLN untuk pembangkit PLN di Batam.Namun, karena pipa koneksi ke Batam belum tersambung, maka 40 mmscfd ini tidak dapat dialirkan. Pemerintah melalui Kementerian ESDM akhirnya memutuskan 140 mmscfd ini semuanya dialirkan ke Singapura.Sedangkan jatah PLN digantikan dari lapangan Koridor di Sumatera Selatan sebesar 40 mmscfd. Sementara jatah Singapura sendiri yang dalam kontrak dengan ConocoPhilips dari lapangan Koridor mendapatkan 300 mmscfd, dikurangi sebesar 40 mmscfd. Gas 40 mmscfd dari blok Koridor ini dialirkan untuk pembangkit milik PLN yaitu PLTU Muara Tawar yang juga sedang membutuhkan gas. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, mengatakan, pemerintah memberikan persetujuan pengiriman gas bumi dari lapangan Gajah Baru ke Singapura dan penggantinya dari Sumatera Selatan ke Muara Tawar Jawa Barat.

"Kalau kita biarkan tidak diambil keputusan, maka setiap hari kita kena denda Rp 5 miliar dari pembeli gas di Singapura," jelas Jero dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (26/10).Denda tersebut karena seharusnya pengiriman gas ke Singapura dimulai 1 Oktober lalu. Tidak hanya itu, kata dia apa bila mekanisme swap ini tidak disetujui negara juga kehilangan pendapatan, dari lapangan Natuna Rp 15 miliar per hari. Dengan adanya pasokan gas sebesar 40 mmscfd untuk PLTU Muara Tawar, PLN kata dia juga akan menghemat antara Rp 2-3 triliun. "Karena mengubah bahan bakarnya dari BBM dengan gas yang jumlahnya 40 mmscfd," jelasnya. 40 mmscfd ini setara dengan 6.000 barel minyak per hari.Harga gas dari Gajah Baru ke Singapura sebesar US$ 17 per mmbtu, sedangkan yang dijual ke PLN dari blok Koridor sebesar US$ 9 per bbtud. Untuk gas yang dialirkan dari blok Koridor ke PLTU Muara Tawar kata dia berlaku selama dua tahun. Sedangkan ke Singapura itu kontraknya 17 tahun.Catatan saja, kontrak 100 mmscfd ke Singapura seharunya sudah dikirim sejak 1 Oktober 2011. "Pengirimannya mestinya 1 Oktober kalau tidak dikirim 1 Oktober kita denda 5 miliar per hari , ini sudah lewat sedikit," ujarnya. Atas keterlambatan ini pemerintah sedang bernegosiasi dengan pembeli dari Singapura untuk tidak membayar denda tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini