MOMSMONEY.ID - Melahirkan normal atau caesar sering menjadi hal yang kerap dipertimbangkan oleh ibu hamil. Pada dasarnya, melahirkan secara normal atau caesar sama baiknya, tergantung kondisi ibu dan bayi. Kedua metode tersebut memiliki manfaat dan risikonya masing-masing. Baik melahirkan normal maupun caesar memiliki tujuan utama yang sama, yakni membuat persalinan berjalan lancar serta memastikan ibu dan bayi selamat. Apabila Anda sedang mempertimbangkan metode persalinan mana yang ingin dilakukan, pahami dulu segala kelebihan dan kekurangan kedua metode persalinan tersebut. Baca Juga: Kenali Risiko Keracunan Kandungan pada Ibu Hamil
- Proses pemulihan dan rawat inap di rumah sakit lebih cepat.
- Risiko munculnya masalah kesehatan pada bayi lebih sedikit.
- Mempercepat proses bonding antara ibu dan bayi.
- Jika di kemudian hari melahirkan lagi, proses persalinan normal bisa lebih cepat dan singkat.
- Bisa melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) atau memberikan ASI pada bayi segera setelah melahirkan.
- Terjadinya komplikasi tak terduga saat persalinan, misalnya perdarahan hebat.
- Vagina harus dijahit jika robek atau digunting (episiotomi).
- Bila ukuran bayi terlalu besar, ada kemungkinan memerlukan bantuan persalinan, seperti vakum atau forceps.
- Kelelahan akibat proses persalinan yang lama dan sulit.
- Dapat menentukan sendiri waktu persalinan (operasi caesar elektif).
- Menurunkan risiko cedera kelahiran, contohnya distosia bahu (tersangkutnya bahu janin), atau janin mengalami patah tulang.
- Lebih aman dan dianjurkan bagi ibu yang mengidap masalah medis tertentu, seperti penyakit jantung, preeklamsia, serta terhalangnya jalan janin oleh plasenta atau plasenta previa.
- Operasi caesar juga direkomendasikan bila janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup, sehingga harus dilahirkan dengan secepatnya. Nah, kondisi-kondisi tersebut berisiko bila ibu melahirkan dengan prosedur normal atau melalui vagina.
- Infeksi kandung kemih atau rahim.
- Cedera pada saluran kemih.
- Pendarahan yang cukup banyak, sehingga membutuhkan transfusi darah.
- Plasenta previa (plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi jalan lahir).
- Plasenta akreta (bagian plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim).
- Uterus robek, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat yang mungkin memerlukan transfusi darah atau pengangkatan rahim (histerektomi).
- Terjadinya komplikasi akibat operasi, seperti penyumbatan pembuluh darah, infeksi, perdarahan, hingga adhesi (tumbuhnya jaringan parut yang membuat organ di dalam perut menempel satu sama lain).
- Kemungkinan kembali melakukan operasi caesar di proses persalinan selanjutnya.