Melaju Kencang di Januari, Bagaimana Prospek Aset Kripto hingga Akhir Tahun?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun 2023, harga sejumlah aset kripto melaju kencang. Utamanya, penguatan harga aset digital ini dipengaruhi oleh suku bunga The Fed.

Mengutip Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) sebagai aset kripto dengan kapitalisasi terbesar kompak menguat di sepanjang Januari 2023. Secara bulanan, harga Bitcoin menguat sekitar 39,84% ke level US$ 23,139.28, sedangkan ETH menguat sekitar 32,57% ke level US$ 1.586.54.

CEO Triv Gabriel Rey mengatakan bahwa penguatan harga kripto utamanya dipengaruhi ekspektasi pasar terhadap keputusan The Fed. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut diperkirakan bakal mengurangi agresivitas dengan menaikkan suku bunga pada level yang rendah.


Konsensus pasar memproyeksikan kenaikan suku bunga AS hanya sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini, Rabu (1/2). Hal ini karena menilai tingkat inflasi negeri Paman Sam itu sudah terkendali.

Baca Juga: Pasar Bergerak Volatile, Investasi Sektor Teknologi Masih Cukup Kuat

"Jadi mereka beranggapan inflasi sudah turun, sehingga membuat market kripto alami rally," ujar Gabriel saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (1/2).

Gabriel menambahkan, industri kripto selanjutnya bakal disetir oleh keputusan suku bunga The Fed. Apabila kenaikan Fed Funds Rate (FFR) lebih dari perkiraan, maka harga kripto akan kembali tertekan.

Pasalnya, kemungkinan The Fed melanjutkan sikap hawkish masih terbuka karena menilai indikator inflasi AS masih cukup tinggi. Misalnya tingkat unemployment claim yang mencerminkan pengangguran di AS diperkirakan kembali menanjak. Selain itu, harga telur yang menjadi salah satu indikator pengukur inflasi harganya terus naik, dan masih di level yang tinggi.

Kemudian, lanjut Gabriel, penguatan market kripto disebabkan pula adanya sentimen halving Bitcoin. Penguatan Bitcoin kemudian menjalar pada nilai aset kripto lainnya.

Singkatnya, fenomena Bitcoin Halving Day terjadi setiap 4 tahun sekali dan bakal berlangsung di tahun 2024. Di mana hadiah untuk para penambang Bitcoin akan dibagi dua setiap 210 ribu blok yang terjadi sampai mencapai batas maksimum kapasitas Bitcoin yaitu 21 juta Bitcoin.

Adanya halving untuk mengurangi kecepatan penambahan Bitcoin baru dan agar BTC yang beredar tetap terjaga. Semakin sulit Bitcoin didapatkan, maka semakin mahal juga harga Bitcoin nantinya.

Gabriel bilang, saat ini harga Bitcoin sudah priced in atau mencerminkan sentimen dari halving Bitcoin tersebut. Hak tersebut tercermin dari harga BTC mulai naik menjelang halving di tahun depan.

Kejadian penting lainnya di tahun ini adalah perjuangan Greyscale untuk menerbitkan Bitcoin Exchange Traded Fund (ETF). Sejauh ini, Greyscale bersama pelaku pasar kripto tengah berjuang menuntut regulasi Bitcoin ETF di persidangan melawan Securities and Exchange Commission (SEC) AS.

Baca Juga: Dukung PMK 68, Tokocrypto Luncurkan Fitur Bukti Pajak Transaksi Aset Kripto

Menurut Gabriel, jika aturan ini disetujui maka memberi sentimen positif bagi pasar kripto. Bitcoin harganya bisa mencapai level sekitar US$ 35.000 dolar.

Adapun bagi investor Ethereum harus mewaspadai upgrade jaringan Shanghai Hard Fork yang rencananya bakal rilis Maret 2023 mendatang. Sebab, Gabriel bilang, ada kemungkinan orang-orang yang sebelumnya staking Ethereum bakal menarik dananya. Sekitar 1,6 juta Ether diperkirakan bakal dilepas di pasar dalam proses transisi ini.

Sementara bagi investor Bitcoin disarankan untuk menerapkan strategi Dolar Cost Averaging (DCA). Investor bisa membeli Bitcoin sedikit demi sedikit, dengan jumlah yang sama, secara rutin, dalam jangka waktu tertentu. Strategi DCA bisa meminimalisir risiko dari Bitcoin yang sangat fluktuatif.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Gabriel memproyeksikan rata-rata harga Bitcoin bakal berkisar US$ 20.000 - US$ 30.000 di tahun 2023. Sementara Ethereum bakal berkisar US$ 1.000 - US$ 1.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi