Internet mengubah gaya berbisnis. Sebagai tempat yang mempertemukan banyak orang, internet memungkinkan transaksi terjadi tanpa pembeli dan penjual bertatap muka. Itu sebabnya, para pakar kewirausahaan menyarankan pebisnis skala kecil dan menengah untuk menjelajah ke dunia maya. Saran untuk memanfaatkan internet sebagai media promosi sekaligus jalur penjualan sudah lazim terdengar. Dan tentu, kebanyakan pebisnis kelas mikro berniat menggarap bisnis
online. Toh, ada banyak kisah sukses tentang mereka yang memetik buah manis dari berbisnis secara
online. Namun tidak sedikit pengusaha kelas bawah yang gagap memanfaatkan internet. Bisa jadi, mereka tidak akrab dengan teknologi komputer dan komunikasi. Ada juga yang sudah mampu memanfaatkan fasilitas bisnis secara online, tapi keteteran sendiri ketika bisnisnya semakin membesar.
Kenyataan bahwa banyak pebisnis mini yang kesulitan memanfaatkan internet, menjadi inspirasi bisnis bagi Triyono Tjokronegoro dan Lina Njono saat meluncurkan tokofbku.com, Oktober 2012 lalu. Apa yang ditawarkan oleh situs itu adalah semacam sistim yang akan membantu klien menggeluti e-commerce yang berbasis Facebook. Triyono, yang berstatus
Co-Founder dan
Chief Executive Officer serta Lina, Co-Founder & Chief Business Officer di tokofbku, memberi alasan mengapa memilih Facebook sebagai basis layanan untuk kliennya. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia kini sudah melampaui angka 40 juta, Nah, salah satu fitur yang ditawarkan Facebook, yaitu fanpage, dinilai Triyono cs sebagai media online lebih pas untuk pebisnis menengah - kecil dibandingkan membuat website sendiri. Mereka menjelaskan, perlu usaha ekstra untuk mengelola website, seperti membuat trafik pengunjung situs yang tinggi, serta mencari cara supaya mendapat ranking tinggi di situs pencarian. Itu berarti, pebisnis yang ingin membuat website sendiri harus menyiapkan anggaran beriklan di internet yang lebih besar dibandingkan memanfaatkan situs social media, seperti Facebook. Sedang jika ingin memanfaatkan layanan tokofbku.com, yaitu memanfaatkan Facebook, pebisnis tinggal mengalokasikan biaya sebesar-besarnya Rp 749.000 per bulan. Itu adalah iuran untuk paket Diamond. Mereka yang mengambil layanan jenis itu bisa melakukan upload tanpa batas. Ada tiga paket yang lebih murah di tokofbku. Pertama, paket Silver dengan tarif iuran Rp 149.000 per bulan, dengan maksimal upload foto 150 produk. Kedua, paket Gold seharga Rp 299.000 per bulan, maksimal upload 500 produk. Ketiga, paket Platinum Rp 499.000 per bulan, dengan maksimal
upload 1.000 produk. Bagi pemilik usaha
online yang hendak memakai jasa tokofbku, harus memiliki akun Facebook fanpage terlebih dahulu. Klien yang telah berlangganan akan mendapat akses dari tokofbku untuk login ke
back office dari sistem yang sudah di-install tokofbku ke Facebook fanpage si klien. Setelah terhubung, klien tokofbku atau si
merchant, tinggal meng-
upload foto-foto produknya beserta harga melalui sistim tersebut. Jika seluruh produk sudah terunggah, toko online berbasis Facebook fanpage bergulir sudah. Menurut Triyono dengan memanfaatkan jasa tokofbku, merchant cukup fokus ke bidang usaha yang ia geluti, dan terbebas dari keribetan merancang atau mengelola sistem online. “Kami yang mengambil alih kepusingan-kepusingan yang kerap dialami pebisnis saat go online,” ujar Triyono. Keuntungan lain menggunakan jasa tokofbku, menurut Triyono, yang muncul di dunia maya adalah nama toko si merchant, tanpa embel-embel tokofbku. Fokus lokal Pada pelanggan tokofbku yang memilih keempat paket di atas, sistem pembayaran tetap ditangani sendiri. Artinya, tokofbku tidak terlibat dalam urusan pembayaran transaksi. Biasanya, sistem pembayaran yang diterapkan adalah si pembeli melakukan transfer terlebih dahulu. Setelah penjual memastikan pelunasan, baru ia mengirim barang ke pembeli. Setelah dua tahun menawarkan jasa anti pusing berbisnis online, tokofbku memang belum mencapai break even point. Penyebabnya, “Setiap ada keuntungan, kami investasikan lagi,” tutur Triyono. Oh, iya, modal awal tokofbku, berkisar Rp 100 juta. Angka itu tidak termasuk biaya sumber daya manusia (SDM) alias gaji untuk para pendirinya. Namun sebagai
start-up, kiprah tokofbku lumayan menjanjikan. Buktinya, dalam ajang Start Up Marketplace di Singapura yang berlangsung 10 Juni-11 Juni 2014, tokofbku, menurut Triyono, mampu menarik minat investor. “Sekarang masih dalam tahap negosiasi,” ujar dia. Kini, tokofbku masih fokus menggarap pebisnis UKM dalam negeri sebagai pasarnya. “Kalau UKM di Indonesia tidak go online, maka akan semakin tertinggal dari pesaingnya di luar negeri saat era pasar bebas,” ujar Triyono. Menyeleksi merchant Bagi pebisnis yang ingin merambah bisnis
online lebih jauh lagi, tokofbku menyediakan sistem layanan bertransaksi dengan kartu kredit. Keunggulan yang dijual tokofbku adalah wirausaha yang menggunakan sistemnya tidak perlu mengurus sendiri ke bank, seperti membuka
escrow account. Tokofbku yang akan membuat escrow account ke beberapa bank yang bisa dipakai dalam transaksi pembayaran dengan kartu kredit. “Cuma, mereka yang hendak memanfaatkan layanan
escrow account harus kami seleksi karena ini juga menyangkut reputasi kami ke bank,” tutur Tina.
Menurut Tina, aturan
one time pin bagi konsumen yang hendak melakukan transaksi online dengan kartu kredit memang memperkecil resiko penipuan. Aturan itu mengharuskan konsumen yang hendak menggunakan kartu kredit, menunggu pin dari pihak bank, melalui SMS, sebelum bertransaksi. “Ini biasa disebut 3D secure,” ujar Triyono. Pihak tokofbku tidak akan mengetahui nomor kartu kredit konsumen, tetapi langsung terhubung dengan bank penerbit kartu kredit. Pebisnis yang memanfaatkan layanan transaksi kartu kredit ini akan dimonitor oleh tokofbku dalam semua kegiatan transaksi pembelian. Jika pembeli sudah membayar dengan kartu kredit, tokofbku akan meminta merchant melakukan pengiriman barang. Tokofbku memverifikasi pengiriman barang ke konsumen terlebih dahulu, sebelum melunasi tagihan merchant. Karena prosesnya panjang, tokofbku hanya memilih
merchant dengan nilai transaksi yang sudah besar, yang bisa memanfaatkan layanan ini. “Transaksi dengan kartu kredit masih kecil, baru 5% dari total nilai transaksi
merchant,” jelas Tina. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi