Meski tulisannya sering muncul di media massa, Agustinus Wibowo bukanlah seorang wartawan. Ia adalah penulis perjalanan alias
travel writer. Itu, lo, orang yang hobi jalan-jalan, lalu membagi pengalamannya bertualang dan berwisata dengan menulis di media massa dan buku, atau di dinding blog pribadi. Nama pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini terkenal sebagai
travel writer setelah memiliki kolom khusus di kompas.com bernama Petualang. Kolom ini berisi catatan harian perjalanannya keliling Asia sepanjang 2005 - 2007 yang dimuat secara berseri. Catatan itu dia bagi dalam dua judul:
Bertualang di Negeri-Negeri Stan dan
Titik Nol. Ya, belakangan, makin banyak orang yang hobi menulis kisah perjalanannya saat menyambangi tempat-tempat yang indah dan unik, baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi kalau daerah yang mereka kunjungi jarang didatangi turis. Ada yang sekadar membagi cerita lewat blog atau situs pribadi. Ada pula yang rajin mengirim
story-nya ke koran, majalah, atau media online.
Agustinus, misalnya, mulai suka menulis pengalamannya pelesiran ke pelbagai tempat sejak ia melakukan perjalanan ke negara-negara tetangga China tahun 2000-an, seperti Mongolia, Nepal, Tibet, Pakistan, serta Afghanistan. Maklum, ketika itu, dia kuliah di Tsinghua University, Beijing. Awalnya, Agustinus menulis perjalanannya di buku hariannya. “Setelah saya membuka
website pribadi (
www.avgustin.net), dari situlah saya mulai meng-
upload tulisan untuk berbagi ke teman-teman dekat,” ujar pria 30 tahun yang kini bekerja di sebuah perusahaan media di Beijing ini. Beda lagi dengan cerita Nila Tanzil. Sebelum hobi menulis perjalanan,
Head of Communication Putera Sampoerna Foundation ini sudah doyan berbagi kisah lewat tulisan di blognya
nilatanzil.blogspot.com sejak berstatus mahasiswa University of Amsterdam di Belanda tahun 2004. Menulis buku Sambil kuliah, Nila demen jalan-jalan keliling Eropa. Dari situ, mulailah dia sering menulis pengalaman
travelling-nya di blog. “Yang paling berkesan ketika menulis soal Myanmar karena masyarakatnya sangat ramah, meski negerinya sangat tertutup,” ungkapnya yang pernah menjadi presenter
Melancong Yuk di
SCTV. Asyiknya, hobi ini tak semata menyalurkan kesenangan menulis. Lebih dari itu, kegiatan itu bisa mendatangkan fulus yang lumayan. Caranya, ya, dengan mengirim tulisan perjalanan ke media massa. Tengok saja pengalaman Agung Basuki yang sudah menulis cerita perjalanan untuk media massa sejak tahun 1997 silam di
Kompas,
Matra,
Female, dan
Intisari. Begitu pula dengan Nila yang rajin mengirim tulisan perjalanannya ketika masih menimba ilmu di Negeri Kincir Angin. Hasil karyanya pernah dimuat di
Kompas,
Media Indonesia, dan
Seputar Indonesia. “Honornya lumayan, lah, ratusan ribu rupiah,” kata perempuan yang sering disangka anak Hok Tanzil, penulis perjalanan senior di majalah
Intisari, ini. Tapi, Agustinus menambahkan, berangkat dari menulis kisah perjalanan di dinding blog atau situs pribadi juga bisa melahirkan berkah. Buktinya, situs pribadinya dilirik kompas.com. Alhasil, tulisannya tayang di media
online itu. “Dari sanalah pesanan menulis dari Indonesia mulai banyak,” imbuhnya. Tulisannya antara lain terbit di
National Geographic Traveler Indonesia,
U-Mag,
Media Indonesia, dan
Lion Mag.
Cuma, cuan tidak hanya datang dari honor menulis di media, melainkan juga dari menorehkan kisah perjalanan ke dalam sebuah buku. Agustinus sudah menelurkan dua buku berjudul
Selimut Debu: Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan dan
Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah. Dua buku juga sudah lahir dari tangan Agung, yakni
Independent Traveling dan
Wisata Hemat Korea. “Kalau dalam bentuk
e-book, saya menulis sekitar 25 serial panduan
travel hemat,” kata pria 42 tahun yang berprofesi sebagai
internet marketer sekaligus
online travel consultant ini. Enak bukan, sudah jalan-jalan dapat duit lagi? “Saya kan
travelling for living, melakukan perjalanan untuk bisa menulis buku bagaimana berwisata dengan murah,” kata Agung yang mengelola situs
travelhemat.com tergelak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Catur Ari