Melanjutkan pelemahan, rupiah dibuka ke Rp 14.665, Jumat (23/11)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah bersiap melanjutkan pelemahannya pada perdagangan akhir pekan, Jumat (23/10). Mengutip Bloomberg pukul 09.15 WIB, rupiah ke level Rp 14.665 per dolar AS atau melemah 0,03% dari penutupan kemarin.

Stimulus dan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) masih akan menjadi penggerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjelang akhir pekan ini.

Rupiah kemungkinan masih tertekan di hadapan dolar AS. Tapi, posisi rupiah masih lebih kuat dibandingkan dengan penutupan perdagangan pekan lalu Rp 14.698 per dolar AS.


Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.550 per dolar AS hingga Rp 14.750 per dolar AS. Analis HFX Berjangka Ady Pangestu juga memproyeksikan rupiah besok cenderung bergerak melemah terbatas di rentang Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS.

Baca Juga: Kurs dollar-rupiah di BCA hari ini Jumat 23 Oktober, periksa sebelum tukar valas

Kemarin, kurs rupiah spot melemah 0,19% ke Rp 14.660 per dolar AS. Sementara, kurs referensi Jisdor melemah 0,27% ke Rp 14.697 per dolar AS.

Fikri mengatakan, pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh kondisi politik AS jelang pemilu. Kurs rupiah melemah karena dihadapkan pada risiko stimulus AS yang akan lebih lambat tercapai.

Nancy Pelosi, Ketua DPR AS dari Partai Demokrat meminta ada pertemuan baru terkait pembahasan stimulus yang masih mendapat pertentangan dari Senat Republik.

"Stimulus AS yang masih banyak dipertimbangkan membuat ekspektasi indeks dollar AS untuk menurun jadi ikut tertunda," kata Fikri, Kamis (22/10).

Baca Juga: Kurs rupiah diprediksi kembali tertekan pada Jumat (23/10), simak sentimen pemicunya

Selain itu, indeks dolar AS yang diharapkan turun signifikan juga tertahan oleh jumlah kasus Covid-19 di Eropa yang kembali meningkat.

Ady menambahkan kekhawatiran pelaku pasar jelang pemilu AS dan paket stimulus AS membuat rupiah tertekan. "Yang dikhawatirkan adalah terjadi likuidasi besar-besaran pada aset berisiko, termasuk rupiah," kata Ady.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto