Melantai di BEI, saham DCI Indonesia (DCII) mentok auto rejection atas (ARA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kehadiran peghuni baru. PT DCI Indonesia Tbk resmi mencatatkan perdana saham atau listing hari ini, Rabu (6/1) dengan kode saham DCII

Saat perdana diperdagangkan, harga saham DCII melesat 105 poin atau 25% ke level Rp 525. Harga saham perdana DCII berada di level Rp 420. Adapun sahamnya diperdagangkan sebanyak dua kali dengan nilai mencapai Rp 577.500. Sementara itu, volume perdagangannya tercatat 1.100 saham. 

Oleh karenanya, saham DCII terkena auto rejection atas atau ARA. Berdasar ketentuan bursa, batas kenaikan saham dengan harga acuan Rp 200 hingga Rp 5.000 adalah 25%. 


Emiten kedua yang melantai di bursa tahun 2021 itu melepas 357,56 juta saham baru atau setara dengan 15% dari modal disetor dan ditempatkan. Setiap sahamnya ditawarkan dengan harga Rp 420. Sehingga, DCII menghimpun dana Rp 150,17 miliar melalui initial public offering (IPO).

Baca Juga: DCI Indonesia menawarkan harga IPO sebesar Rp 420 per saham

Asal tahu saja, dalam melaksanakan IPO tersebut, DCI menggandeng PT Buana Capital Sekuritas selaku penjamin pelaksana emisi efek. "IPO ini  merupakan bagian strategi perusahaan di tengah perkembangan ekonomi digital saat ini," jelas CEO DCI Indonesia Toto Sugiri dalam seremoni virtual pencatatan perdana saham DCII, Rabu (6/1). 

Hal itu, kata Toto, membuatnya optimistis prospek bisnis data center di Indonesia akan menarik. Apalagi teknologi cloud yang tumbuh secara eksponensial, yang telah mendorong permintaan terhadap fasilitas data center hyperscale di Indonesia akhir-akhir ini.

DCI Indonesia memperkirakan pasar data center memiliki total kapasitas 72,5 megawatt (MW) sampai akhir tahun 2020. Menurut proyeksi Structure Research, ini akan terus bertumbuh dengan CAGR sebesar 22,3% selama lima tahun ke depan. 

Bahkan hingga hari ini, Toto masih merasakan permintaan pasar yang kuat dari pelanggan lokal maupun pelaku bisnis global yang ingin memasuki pasar Indonesia. Oleh karenanya, di kuartal I 2021 DCII akan mengoperasikan empat gedung data cender dengan total kapasitas 37 MW untuk memenuhi permintaan pasar di Indonesia.

Baca Juga: Listing pekan depan, DCI Indonesia mengantongi dana IPO sebesar Rp 150 miliar

"Hal ini memberi kami landasan yang kuat untuk mengembangkan bisnis kami dalam mendukung kesiapan data center Indonesia menghadapi persaingan ekonomi digital Asia Tenggara yang berkembang pesat di masa mendatang,” imbuh Toto. 

Asal tahu saja, DCI Indonesia akan menggunakan dana IPO ini mayoritas sebagai belanja modal hingga 80%. Berdasar prospektusnya, dana tersebut untuk belanja modal berupa low voltage panel sebanyak 51 unit untuk elektrikal pusat data keempat dengan estimasi biaya Rp 67,28 miliar di tahun 2021.  Selain itu, dana juga akan dimanfaatkan untuk genset enam unit untuk elektrikal fase 1 dengan estimasi biaya Rp 58,36 miliar. Sementara, 20% sisanya akan dimanfaatkan sebagai modal kerja.

DCII mengantongi izin efektif dari Otoritas jasa Keuangan (OJK) pada 29 Desember 2020. Penawaran umum dilakukan pada 30 Desember. President Director PT Buana Capital Sekuritas Benny Setiabrata mengungkapkan, selama masa penawaran umum saham DCII mendapat respon positif dari investor. 

Baca Juga: Pasar diwarnai sentimen positif, prospek IPO tahun 2021 diprediksi membaik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati