Tak hanya di Indonesia, Anda bisa menemukan kondisi alam yang menantang di luar negeri. Misalnya, menyusuri dataran tinggi Himalaya atau Tibet. Kendala terbesar ke sana adalah kesulitan mencari agen perjalanan yang memfasilitasi wisata ini. Bagi orang yang memiliki duit berlebih, melancong ke luar negeri memberikan kenikmatan tersendiri. Seperti menyusuri Orchard Road sembari berbelanja di butik-butik kelas dunia di kota Singapura. Ada pula orang yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk menjelajahi kota Hong Kong atau melawat ke pantai di selatan Thailand. Namun, sebagian orang menganggap perjalanan menyusuri kota atau garis pantai di luar negeri kurang menantang. Mereka memilih mencari tempat wisata yang tak lazim disambangi orang demi memuaskan jiwa petualangnya.
Apalagi, biro wisata terkadang enggan membuka paket perjalanan ke tempat semacam itu karena berbagai pertimbangan. Misalnya, faktor kesulitan alam atau geopolitik di negara tujuan. Contohnya adalah Korea Utara atau Tibet, lantaran pemerintah setempat cenderung menutup diri terhadap kedatangan orang asing. Padahal, cukup banyak objek wisata yang bisa dilongok di sana. Situs resmi KBS World Radio, kantor berita lokal di Korea Selatan, memberitakan bahwa Korea Utara menawarkan paket wisata internasional Gunung Geumgang. “Sulit mendapat akses masuk Korea Utara karena faktor politiknya,” ujar Anthony Bachtiar, pemilik sekolah fotografi North Intitute. Padahal, lanjut dia, banyak objek wisata yang bisa diabadikan dengan kamera foto di negara komunis tersebut. Korea Utara juga menyimpan banyak monumen sejarah perang dengan pasukan sekutu dan Amerika. Di bagian bumi yang lain, Anda dapat merasakan aroma konflik jika mengunjungi daerah Tibet. Setelah pendudukan China atas Tibet sekitar tahun 1950, bekas kerajaan yang dipimpin oleh seorang Dalai Lama (raja) itu kini menjadi serbuan para pelancong asing. Lewat Tibet, Anda dapat menapaki pegunungan Himalaya. Nah, berikut ini sedikit gambaran jika Anda tertarik mengunjungi tempat semacam itu. Tibet Hal pertama yang harus Anda pastikan sebelum berwisata ke Tibet adalah izin masuk ke wilayah tersebut. Maklum, meski terbilang sudah relatif aman, aksi demonstrasi menolak pemerintahan China kerap terjadi. Tak heran jika pemerintah China sempat menutup akses masuk ke Tibet buat wisatawan sekitar bulan April-Juni 2011. Belakangan, pemerintah China kembali mengeluarkan izin masuk ke Tibet. Avia Tour merupakan salah satu agen perjalanan yang berhasil memberangkatkan wisatawan ke Tibet pada bulan Juli lalu. Yanto Mok, Travel Consultant Avia Tour, bilang, pihaknya akan memberangkatkan wisatawan dalam satu rombongan. Jumlah anggota rombongan minimal 15 orang. Tarif yang dikenakan antara US$ 1.499 hingga US$ 1.679 per orang selama delapan hari kunjungan. Dengan uang sejumlah itu, wisatawan sudah bisa menggenggam tiket pesawat kelas ekonomi China Airlines dan Air China. Selain itu, mendapat akomodasi penginapan di hotel berbintang dan konsumsi selama di sana, termasuk tiket masuk ke objek wisata. Namun, Anda masih harus merogoh kocek untuk membayar airport tax di Jakarta sebesar Rp 150.000 dan pengurusan visa ke China seharga Rp 575.000. Pelancong juga diberikan pilihan jika ingin membeli asuransi perjalanan. “Total biaya tambahan sekitar US$ 40-US$ 50,” kata Yanto. Perjalanan dimulai dengan penerbangan menuju Chengdu, ibukota Provinsi Sinchuan, China. Di sana, perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan ke Lhasa, ibukota Tibet. Setelah tiba di Tibet, Anda dianjurkan berdiam diri di hotel selama satu hari. Tujuannya agar tubuh beradaptasi dengan iklim Tibet yang berada di ketinggian 3.650 meter di atas permukaan laut. Pada musim panas, suhu di malam hari mencapai minus 4 derajat celcius. Salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi di sana adalah Potala Palace yang berjuluk Mutiara Atap Dunia. Tempat ini merupakan kediaman Dalai Lama (raja Tibet) yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik dan keagamaan. Tempat itu dibangun pada abad ke-7, di masa pemerintahan Raja Songten Gampo. Ada juga kediaman Dalai Lama saat musim panas bernama Loubulinka. Tempat ini juga terletak di Lhasa. Sekadar saran, sebaiknya Anda menggunakan agen perjalanan untuk berwisata ke Tibet. Pasalnya, tanpa mereka, kesempatan atau peluang masuk ke wilayah tersebut sangat kecil. Biasanya, para agen wisata sudah memiliki relasi yang mengurus izin masuk dan tinggal di negeri tersebut. Himalaya Jika Anda seorang pecinta alam dan suka mendaki gunung, perjalanan wisata ke Himalaya merupakan destinasi yang paling jadi idaman. Anthony menyarankan, sebaiknya Anda pergi ke sana sekitar bulan Juli - Oktober karena kondisi cuacanya lebih bersahabat. Pria yang terbiasa membawa anak didiknya berburu objek foto ini menawarkan paket perjalanan ke Tibet sekaligus mengunjungi base camp para pendaki puncak Himalaya. Tarifnya berkisar US$ 1.200. Anthony yang juga pemilik North Institute di Kelapa Gading ini mensyaratkan jumlah minimal peserta sebanyak 10 orang. Jika kurang dari itu, biayanya bakal semakin tinggi. Trayek perjalanan ke Himalaya ditempuh melalui Guangzhou, China, kemudian berlanjut ke Lhasa. Sebenarnya ada alternatif lain menuju Lhasa yaitu dengan menggunakan keretaapi. “Tetapi tiketnya relatif sulit didapat, biasanya harus booking sebulan sebelumnya,” kata dia. Harga tiketnya bolak-balik RMB 1.252. Sedangkan dengan pesawat, harganya sekitar RMB 5.300. Perjalanan menggunakan keretaapi memang memberikan suguhan pemandangan pegunungan yang eksotis. Tetapi waktu tempuh relatif lama, yakni sekitar 52 jam. Sedangkan waktu tempuh pesawat 5 jam. Setelah beristirahat di Lhasa, Anda akan dibawa menuju kota Tigri. Dari tempat ini perjalanan sudah semakin dekat ke base camp pos pendakian Himalaya, yakni sekitar 110 kilometer. Selama perjalanan itu Anda dapat menyambangi biara Rongbuk. Ini adalah biara yang dibangun sekitar tahun 1902 di ketinggian 5.400 meter dari permukaan laut. Biasanya, wisatawan dibolehkan menjajal bermeditasi di biara tersebut. “Ini adalah salah satu tempat relaksasi terbaik di dunia,” imbuh Anthony.
Setelah berelaksasi, Anda mungkin bisa melupakan sulitnya jalur menuju
base camp. Anthony bercerita, ada pelancong yang berniat mendaki Himalaya. “Tetapi untuk naik lagi butuh izin dan tidak mudah. Biaya untuk mendaki mulai dari US$ 1.500 per orang,” katanya. Namun bagi wisatawan, cukuplah menjejakkan kaki di
base camp ini. Sebab, Anda sudah tercatat sebagai orang yang menjejakkan kaki di gunung tertinggi di dunia tersebut. Siapa tergugah ke sana? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Catur Ari