Melebihi ekspektasi, jumlah pekerja di Amerika Serikat mengalami kenaikan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Jumlah lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren peningkatan pada Mei 2021. Hal ini turut meningkatkan upah yang harus dibayar oleh perusahaan di tengah persaingan kerja dari jutaan warga Amerika yang masih menganggur. 

Dikutip dari Reuters, Minggu (6/6), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa AS berhasil mencatatkan peningkatan pekerja menjadi  559.000 pada Mei 2021 atau meningkat dari realisasi bulan lalu yakni 278.000 pekerjaan.

Jumlah tersebut melesat dari perkiraan para ekonom sehingga memberi jaminan bahwa pemulihan ekonomi selama pandemi tetap pada jalurnya. Terlebih, pemulihan tersebut didukung oleh program vaksinasi, stimulus fiskal dan kebijakan moneter dari Federal Reserve. 

Baca Juga: Terima vaksin Covid-19 dari Jepang, China layangkan kritik keras ke Taiwan

Perhitungan lowongan kerja tersebut telah menghasilkan seperempat pekerjaan baru yang sesuai perkiraan ekonom. Sebaliknya, kenaikan tersebut justru memunculkan kekhawatiran beberapa analis dan investor bahwa pertumbuhan ekonomi stagnan saat inflasi meningkat. 

"Masih banyak orang yang menganggur, tetapi nampaknya tidak ada banyak keinginan bagi mereka untuk bekerja. Akan ada lebih banyak karyawan jika perusahaan merekrut lebih banyak orang ," kata Kepala Ekonomi FHN di New York Chris Low. 

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan akan ada 650.000 pekerjaan baru pada bulan Mei ini. Sekitar 9,3 juta orang diklasifikasikan sebagai pengangguran pada April lalu. Hal ini menunjukkan rekor bahwa ada 8,1 juta pekerjaan yang tidak terisi.

Dari jumlah itu, perempuan mengambil porsi 56,2% pekerjaan yang diciptakan bulan lalu. Namun sebagian besar jutaan pekerja masih di rumah karena sebagian besar sekolah belum beralih ke pembelajaran tatap muka secara penuh. 

Meskipun vaksin dapat diakses secara luas, beberapa segmen populasi enggan untuk disuntik, sehingga membuat beberapa orang enggan untuk kembali bekerja. Tunjangan yang didanai pemerintah, termasuk subsidi pengangguran mingguan US$ 300, juga membatasi lowongan pekerjaan. 

Baca Juga: Rusia: Berkedok latihan gabungan, NATO akan mengirim senjata canggih ke Ukraina

Di sisi lain, gubernur di 25 negara bagian akan menghentikan program tunjangan bagi pengangguran kepada lebih dari 40% tenaga kerja mulai Sabtu depan. Penghentian program tersebut akan diperluas dan berakhir pada awal September 2021 di seluruh negeri. 

Kebijakan itu akan berbarengan dengan program vaksin massal dan pembukaan sekolah secara penuh pada musim gugur. Diharapkan kebijakan tersebut dapat meringankan krisis yang terjadi pada para pekerja. 

Menteri Tenaga Kerja AS Marty Walsh mengatakan, peningkatan tunjangan akan menghambat perekrutan jumlah pekerja baru. Walau mereka ingin bekerja, tapi masih ada tantangan yang harus dihadapi. 

"Tetapi para pekerja juga memberi tahu saya tentang tantangan yang mereka dan keluarga mereka hadapi mulai dari menemukan penitipan anak yang terjangkau, merawat orang tua dan kakek-nenek yang sudah lanjut usia," kata Marty. 

Selanjutnya: Bersiap melawan China dan Rusia, Joe Biden meminta anggaran pertahanan AS ditambah

Editor: Tendi Mahadi