KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali perdagangan Mei 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup melemah 0,72% ke level 5.952,60. Sebanyak 190 saham menguat, 307 saham melemah, dan 144 saham diam di tempat. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha memperkirakan, untuk perdagangan Selasa (4/5), IHSG secara teknikal masih akan cenderung melemah dengan range
support di 5.900 dan
resistance di 6.030. Proyeksi ini dengan mempertimbangkan rilis data inflasi yang menunjukkan peningkatan, namun realisasi tersebut masih sedikit di bawah konsensus.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 0,13% secara
month-on-month pada bulan April 2021. Angka ini lebih tinggi dari bulan Maret 2021 yang sebesar 0,08% mom. Secara tahunan, inflasi bulan April 2021 sebesar 1,42%
year-on-year (yoy), lebih tinggi dari 1,37% yoy pada bulan Maret 2021. Dustin menyebut, hal ini dapat dinilai sebagai kenaikan sesaat, mengingat di bulan April sudah banyak aktivitas konsumsi masyarakat menyambut bulan suci Ramadan. Sedangkan, purchasing managers’ index (PMI) manufacturing menunjukan tanda ekspansi yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya, bahkan konsensus. “Hal ini cukup baik di tengah data ekonomi yang belum begitu membaik,” terang Dustin kepada Kontan.co.id, Senin (3/5).
Baca Juga: IHSG turun ke 5.952 meski net buy asing Rp 94 miliar pada Senin (3/5) Bursa Asia kurang bergairah Selain IHSG, sejumlah bursa saham di regional Asia juga kurang bertenaga hari ini. Indeks Strait Times Singapura melemah 1,04%, Hang Seng Hong Kong melemah 1,28%, sementara Nikkei 225 Tokyo dan Shanghai Composite Index stagnan karena libur. Tim Riset Phillip Sekuritas menyebut, mayoritas indeks saham di Asia yang tidak bertenaga ini terjadi di tengah sepinya volume perdagangan akibat liburnya bursa saham di Shanghai dan Tokyo. Bursa Asia juga mengikuti penurunan tipis yang dicatatkan oleh indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu. Dari sisi makroekonomi, investor menantikan rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) minggu ini, khususnya ISM Manufacturing Index dan Non-Farm Payrolls (NFP). Kedua data ini diyakini akan memberi konfirmasi terkini mengenai proses pemulihan ekonomi AS yang merupakan salah satu yang paling mulus di dunia.
Baca Juga: Begini tips mengelola uang THR berlebih karena mudik ditunda Namun demikian, investor juga merasa khawatir bahwa pemulihan ekonomi dan program vaksinasi yang berjalan dengan sangat lancar di AS. Ditambah, dengan penghapusan kebijakan
lockdown akan memicu lonjakan harga yang drastis sehingga memaksa The Fed mulai memperketat kebijakan moneter yang selama ini super longgar dan pendorong kinerja pasar finansial. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena pada hari Jumat, lalu Presiden Federal Reserve Dallas Robert Kaplan sempat berucap bahwa sudah waktunya untuk mulai membicarakan mengenai pengurangan
(tapering) program pembelian obligasi (
quantitaive easing), sebuah sikap yang bertentangan dengan sikap lunak (dovish) the Fed. Untuk mencari petunjuk, investor akan menantikan pidato Gubernur The Fed Jerome Powell nanti malam.
Baca Juga: IHSG berpotensi kembali melemah pada perdagangan Selasa (4/5) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati