KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (2/3). Rupiah diperkirakan masih dalam tekanan pada perdagangan esok, Jumat (3/3). Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan bahwa rupiah kembali berlabuh di zona negatif atau pelemahan dengan gagal mempertahankan potensi penguatan pada dua sesi perdagangan beruntun sebelumnya. Pelemahan rupiah berkaitan dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) yang diiringi peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun, kembali ke level 4.00%. Bersamaan dengan hal tersebut, pasar kini berekspektasi akan kenaikan suku bunga karena inflasi yang masih bertahan tinggi.
"Dengan turunnya sektor manufaktur AS dalam 4 bulan beruntun karena tingginya bahan baku, memicu kecemasan bahwa inflasi masih galak," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (2/3).
Baca Juga: Memasuki Tahun Politik, Indef Perkirakan Uang Beredar Akan Meningkat Nanang bilang, kalangan analis memproyeksikan kenaikan Fed rate pada pertemuan 21-22 Maret mendatang sebesar 50 basis poin (bps), atau akan membawa suku bunga The Fed bertengger di 5,25%. Dari internal, Indeks Harga Konsumen per Februari 2023 mengalami penurunan menjadi 0,16% dari 0,34% secara bulanan. Namun, inflasi tahunannya bertambah mencapai 5,47% dari 5,28%. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat pergerakan Rupiah hari ini cenderung bergerak melemah akibat sentimen dari pernyataan Bostic, yang menyatakan bahwa Fed perlu untuk menaikkan suku bunga hingga 5%-5,25% dan mempertahankannya untuk menahan laju inflasi. Pernyataan Bostic mendorong penguatan dolar AS sejak sesi perdagangan AS kemarin, yang kemudian berimbas pada pelemahan mata uang secara global. Alhasil, rupiah melemah 0,29% ke level Rp 15.280 per dolar AS di Kamis (2/3).
Baca Juga: Loyo, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.273 Per Dolar AS Pada Kamis (2/3) Pada perdagangan besok, Jumat (3/3), Josua memperkirakan rupiah akan cenderung bergerak
sideways atau datar seiring dengan mulai berkurangnya sentimen dari Bostic tersebut. Investor akan memperhatikan data yang dirilis AS diantaranya yakni
initial jobless claims, nanti malam. Sementara, Nanang mencermati rupiah besok masih akan dibayangi pergerakan dolar AS. Indeks dolar terpantau masih berada dalam kisaran 104-105. Data terbarukan dari tenaga kerja yakni klaim pengangguran mingguan AS selanjutnya menjadi penentu. Data tersebut diproyeksikan bertambah, bila ini sesuai perkiraan maka akan menekan dolar. Hanya saja, lanjut Nanang, pasar di akhir pekan ini akan disuguhkan data-data dari Eropa, Inggris, dan AS perihal sektor jasa Purchasing Manager Index (PMI) untuk Februari 2023 yang diperkirakan akan bergerak menguat.
Baca Juga: Lesu, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.281 Per Dolar AS Pada Hari Ini (2/3) Nanang memproyeksikan rupiah diperkirakan akan berada dalam kisaran Rp 15.220 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS di perdagangan esok, Jumat (3/3). Sedangkan, Josua memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.225 per dolar AS-Rp 15.325 per dolar AS pada Jumat (3/3). Adapun rupiah di pasar spot melemah 0,3% ke Rp 15.281 per dolar AS pada Kamis (2/3). Sejalan, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 15.273 per dolar AS, atau turun 0,15% dari kemarin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati