Melemah, Kurs Rupiah Masih Sensitif Terhadap Suku Bunga AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot terus tertekan hingga akhir perdagangan hari ini. Rabu (14/6), rupiah spot ditutup di level Rp 14.907 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,29% dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di Rp 14.863 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa nilai tukar rupiah diperdagangkan cenderung melemah pada hari ini, meskipun di tengah pelemahan indeks dolar pada sesi perdagangan Asia. Selain rupiah, won Korea dan baht Thailand serta ringgit Malaysia tercatat melemah pada hari ini setelah rilis data inflasi AS.

Rupiah ditutup melemah, sementara yield SUN 10 tahun tercatat turun 2 basis poin (bps) ke level 6,27% meskipun IHSG ditutup melemah tipis 0,3% ke level 6.699.


"Pelemahan beberapa mata uang Asia pada hari ini kemungkinan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang menantikan hasil keputusan rapat FOMC, meskipun Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga FFR di level 5,25% mempertimbangkan kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja AS," kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).

Baca Juga: Rupiah Menguat 4,9% Hingga Awal Juni, Simak Proyeksi BI Hingga Akhir 2023

Namun demikian, lanjutnya, sekalipun Fed diperkirakan akan mempertahankan FFR, tetapi pelaku pasar akan mencermati proyeksi indikator ekonomi yang akan dirilis tiap kuartalnya serta pernyataan dari Jerome Powell terkait arah suku bunga AS terkait peluang untuk kembali menaikkannya di bulan Juli mendatang.

Analis sekaligus pengamat mata uang Lukman Leong juga mengatakan, pelemahan rupiah karena masih ada tekanan dari data penjualan ritel Indonesia bulan April yang lebih lemah. Rupiah juga masih sensitif terhadap perkembangan suku bunga the Fed.

Lanjutnya, data inflasi AS semalam yang walau menunjukkan inflasi utama sudah turun ke level terendah dalam 2 tahun, namun inflasi inti masih sangat tinggi dan bertahan di atas 5%. "Walau kecil peluang the Fed untuk menaikkan suku bunga pada FOMC malam ini, tetapi bukan berarti the Fed tidak akan menaikkan pada pertemuan berikutnya," katanya.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) justru sedang diharapkan untuk menurunkan suku bunga yang dilihatnya divergensi tersebut menekan rupiah, walau hal ini bersifat jangka pendek.

Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.895 Per Dolar AS Pada Rabu (14/6)

Untuk besok, Lukman bilang rupiah akan tergantung pada hasil FOMC malam ini. Menurutnya, apabila tidak ada kejutan, seperti tanpa adanya nada hawkish dari the Fed dan tetap pada tingkat suku bunga sekarang, maka rupiah berpotensi rebound.

Dari dalam negeri, kedua analis mengatakan pelaku pasar akan mencermati rilis data neraca perdagangan bulan Mei yang diperkirakan tercatat surplus sekitar US$ 2,57 miliar, menurun dari bulan sebelumnya US$ 3,94 miliar.

"Data perdagangan Indonesia diperkirakan akan surplus US$3 miliar, yang walaupun turun dibandingkan bulan lalu, masih cukup besar, dan apabila sesuai atau lebih tinggi ini akan mendukung rupiah," kata Lukman.

Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak dengan rentang Rp 14.850 per dolar AS-Rp 14.950 per dolar AS. Sementara Josua menilai rupiah akan berada pada level Rp 14.850 per dolar AS-Rp 14.975 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati