Melemah Lagi, Harga Saham Blue Chip Ini Turun 22% Sejak Awal 2024, Pilih Beli / Jual?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip PT Astra International Tbk (ASII) kembali dalam tren melemah pada perdagangan Selasa 25 Juni 2024. Dengan pelemahan ini, harga saham ASII telah turun sekitar 22% sejak awal tahun 2024. Lalu, apakah saham blue chip ASII sudah layak dibeli atau dijual saat harga melemah?

Saham blue chip adalah saham lapis satu yang memiliki fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip identik dengan saham-saham di indeks mayor seperti LQ45.

Saham ASII adalah salah satu dari 45 saham anggota LQ45. Pada perdagangan  Selasa 25 Juni 2024, harga saham ASII ditutup di level 4.400, turun 30 poin atau 0,68% dibandingkan sehari sebelumnya. 


Pelemahan ini menambah penurunan harga saham ASII sepanjang perdagangan 5 hari terakhir yang mencapai 50 poin atau 1,12%. Sejak awal tahun 2024, harga saham ASII telah melemah sebanyak 1.300 poin atau 22,81%. 

Pelemahan harga saham ASII karena sejumlah sentimen negatif yang menyelimuti perusahaan. Salah satunya, penjualan ASII yang mengalami tekanan pada Mei 2024.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil ASII pada Mei 2024 mencapai 41.314 unit. Volume penjualan mobil ASII tersebut mengalami penurunan 11,85% secara tahunan (yoy) jika dibanding penjualan pada Mei 2023 yang sebesar 46.873 unit.  

Head of Corporate Investor Relation Astra International Tira Ardianti mengungkapkan penuruna penjualan mobil ini seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat terutama kelas menengah. 

Selain itu, perusahaan pembiayaan saat ini juga lebih ketat dalam memberikan pembiayaan karena NPF industri keuangan meningkat tahun ini.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat prospek ASII pada tahun ini masih dipengaruhisentimen penurunan penjualan mobil nasional.

 
ASII Chart by TradingView

Meski begitu, di sisi lain peningkatan demand mobil listrik yang tinggi menurut Miftahul masih akan berpotensi membawa dampak positif pada kinerja ASII di tahun ini.

"Dengan data tersebut mempengaruhi prospek saham ASII sampai dengan akhir tahun 2024 ini, dari kinerja ASII pada kuartal I-2024 ini juga dapat dilihat bahwa pada sisi pendapatan dan juga labanya turun dibandingkan kuartal I-2023," jelas Miftahul pada Kontan, Selasa (25/6).

Miftahul mengatakan, ASII untuk tahun ini masih penuh dengan ketidakpastian dan cenderung dapat menurun pada kinerjanya. 

Dengan juga sentimen dari dalam negeri dengan kenaikan suku bunga serta ketidakpastian perekonomian global dan geopolitik yang dapat menghambat pertumbuhan kinerja dari ASII.

Sementara Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry melihat pangsa pasar mobil ASII menjadi normal Kembali setalah mendapatkan momentum pada Mei 2024. 

Ia mencatat penjualan Toyota, Daihatsu, dan Isuzu di bulan Mei 2024 meningkat sebesar 54% secara bulanan (mom) dan turun 12% yoy. Angka tersebut melampaui pertumbuhan industri yang tumbuh 47% mom dan turun 13% yoy. 

"Sehingga menyiratkan ASII memperoleh pangsa pasar di bulan Mei 2024 secara mom menjadi 58%," jelasnya.

Meski begitu, Richard berpendapat bahwa pangsa pasar pada Mei 2024 hanya terjadi satu kali saja dan mungkin tidak dapat dipertahankan. Hal itu karena persaingan yang ketat dari merek-merek baru dari China seperti BYD dan Chery.

"Namun kami memperkirakan pangsa pasar ASII hanya akan turun sedikit menjadi 55% pada FY24F, masih lebih tinggi dari rata-rata 10 tahun sebesar 53%, karena model ICE dan hybrid diperkirakan akan mempertahankan dominasinya terhadap total penjualan," ungkapnya.

Dengan begitu, Richard meningkatkan rekomendasinya dari hold menjadi buy saham ASII dengan target Harga Rp 5.100.

Sementara Miftahul merekomendasikan wait and see terlebih dahulu, sampai harga saham ASII keluar dari sideways areanya atau setidaknya harga saham ASII berada atau bertahan di atas level harga Rp 4.530.

Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip Unggulan yang Perlu Dilirik Akhir Juni 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto