JAKARTA. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menilai ekspor Indonesia bisa terpengaruh akibat perlambatan ekonomi di Jepang karena negara tersebut merupakan tujuan utama ekspor Indonesia. Mari menambahkan pengiriman barang ke Jepang masih didominasi komoditas mentah yang memiliki keunggulan komparatif. Meskipun perekonomian Jepang melambat, komoditas dari Indonesia tetap dibutuhkan oleh kalangan industri di negara tersebut. Selain itu, dia menegaskan kinerja ekspor Indonesia tetap bisa terjaga meskipun terjadi perlambatan ekonomi di Jepang. "Kami terus melakukan diversifikasi pasar, terutama ke negara dengan pertumbuhan yang masih bagus seperti China atau ASEAN," paparnya, Kamis, (10/3).
Mari menegaskan Jepang adalah pasar yang menggiurkan bagi eksportir dalam negeri. Selama 2010, nilai ekspor nonmigas ke Jepang menembus US$ 16,49 miliar dan berada pada peringkat pertama negara tujuan ekspor Indonesia. Pada Januari 2011, nilai ekspor nonmigas ke Jepang adalah sebesar US$ 1,21 miliar atau 10,13% dari total ekspor nonmigas. “Perlambatan ekonomi Jepang untuk beberapa hal bisa mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Namun secara keseluruhan sepertinya pengaruh tidak terlalu besar karena produk Indonesia tetap dibutuhkan oleh Jepang," tuturnya. Sekadar catatan ekspor non migas Indonesia ke negara-negara anggota ASEAN selama 2010 sebesar US$ 26,99 miliar. Pada Januari 2011, nilai ekspor non migas ke negara-negara ASEAN tercatat US$ 2,84 miliar atau 23,79% dari total ekspor nonmigas. Mari memaparkan pascakrisis keuangan global perekonomian Jepang belum sepenuhnya pulih, terlihat dari pencapaian pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi 1,3% pada kuartal IV 2010. “Kontraksi ekonomi di Jepang terjadi akibat penurunan konsumsi masyarakat sebesar 0,8%. Ke depan, potensi kontraksi ekonomi di Jepang diperkirakan cukup besar karena harga minyak dalam level yang tinggi dapat menekan industri dan konsumsi masyarakat,” ucapnya.
Senada dengan Mendag, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan peta geo ekonomi dunia saat ini memang telah berubah. Negara-negara mapan seperti Jepang atau AS masih berada dalam pemulihan ekonomi yang lambat, sedangkan negara-negara berkembang tumbuh menjadi kekuatan baru perekonomian global. Hatta menilai Indonesia perlu beradaptasi terhadap perkembangan tersebut melalui peningkatan perdagangan dengan negara-negara kekuatan ekonomi baru. Dia mengatakan pasar ASEAN perlu dieksplorasi lebih lanjut."ASEAN semakin penting dalam perdagangan global. Optimalkan diplomasi agar Indonesia bisa mendapatkan akses pasar," ujarnya. Hatta mengingatkan pengembangan ekspor jangan sampai melupakan pasar dalam negeri. Dia menilai perdagangan dalam negeri masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi."Volume perdagangan antar pulau meningkat sangat pesat, contohnya aktivitas di Selat Sunda. Arus kendaraan pada 2004 masih 2,4 juta, kemudian bertambah menjadi 2,9 juta pada 2010. Tahun ini dipastikan di atas 3 juta," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.