KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih loyo. Di pasar spot, rupiah melemah 0,16% ke posisi Rp 15.516 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (5/1). Dalam sepekan, rupiah melemah hingga 0,76% dari Rp 15.399 pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Sementara berdasarkan JISDOR Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada Jumat (5/1) ditutup di Rp 15.518, menguat 0,05% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di Rp 15.525. Sementara dibandingkan Jumat pekan lalu, rupiah melemah 0,51% dari level Rp 15.439 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sejalan dengan mata uang Asia lainnya, rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS menjelang rilis data pengangguran AS pada Jumat (5/1). Tingkat pengangguran AS bulan Desember 2023 diprediksi sebesar 3,9%, naik dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 3,7%. Untuk sepanjang pekan ini, rupiah bergerak cenderung melemah sejalan dengan penguatan beberapa indikator ekonomi AS. "Hal ini membuat para investor masih belum melakukan pembelian aset di pasar obligasi di awal tahun," ucap Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.516 Per Dolar AS Pada Hari Ini (5/1) Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi berkomentar, dolar AS melonjak pada pekan ini karena para
trader terlihat mengurangi ekspektasinya atas potensi penurunan suku bunga acuan The Fed pada Maret 2024. Apalagi, cakupan penuh dari potensi pemotongan tersebut juga masih belum jelas. Alat CME Fedwatch menunjukkan, para trader menurunkan ekspektasi mereka terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Maret 2024 menjadi 62%, dari 72% pada minggu sebelumnya. Pasar sekarang fokus pada data
nonfarm payrolls AS untuk bulan Desember 2023 yang akan dirilis Jumat (5/1) waktu AS.
"Angka tersebut diperkirakan menunjukkan lebih banyak pendinginan di pasar tenaga kerja, meskipun para trader tetap khawatir atas kekuatan yang tidak terduga setelah data klaim pengangguran mingguan dan data gaji swasta yang lebih kuat dari perkiraan yang dirilis awal pekan ini," tutur Ibrahim. Menurutnya, pasar tenaga kerja yang melemah dan inflasi yang turun adalah dua faktor utama yang dipertimbangkan oleh The Fed dalam memangkas suku bunganya. Meskipun keduanya telah melemah secara substansial dalam beberapa bulan terakhir, para
trader masih belum yakin apakah hal tersebut akan cukup untuk mendorong pelonggaran moneter agresif The Fed pada tahun 2024. Untuk pekan depan, Josua memprediksi rupiah akan menguat, terutama bila data pengangguran AS tercatat mengalami kenaikan dengan kisaran pergerakan Rp 15.450-Rp 15.550 per dolar AS. Sementara untuk Senin (8/1), Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.510-Rp 15.560 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat