KONTAN.CO.ID - Selama ini, batik terkenal sebagai identitas Indonesia. Namun, kekayaan batik ini menyisakan persoalan, yakni pencemaran lingkungan. Limbah air hasil pewarna batik yang mengandung bahan kimia yang tak bisa terurai dengan air. Agar tak lagi bersinggungan dengan isu lingkungan, para pembatik pun mengembangkan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Seperti Putri Merdeka Wati, pemilik Batik Warna Alam SiPutri asal Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah. Perempuan 39 tahun ini memanfaatkan daun, batang dan akar tumbuhan untuk menggantikan pewarna kimia. Ambil misal, ia memakai sabut kelapa untuk warna merah muda kecoklatan. Daun ketapang untuk warna hitam, buah yolawe untuk hijau kekuningan, akar kulit mengkudu untuk warna merah muda, kayu secang, kayu tingi dan lainnya.
Melestarikan alam dengan produksi batik warna alami
KONTAN.CO.ID - Selama ini, batik terkenal sebagai identitas Indonesia. Namun, kekayaan batik ini menyisakan persoalan, yakni pencemaran lingkungan. Limbah air hasil pewarna batik yang mengandung bahan kimia yang tak bisa terurai dengan air. Agar tak lagi bersinggungan dengan isu lingkungan, para pembatik pun mengembangkan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Seperti Putri Merdeka Wati, pemilik Batik Warna Alam SiPutri asal Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah. Perempuan 39 tahun ini memanfaatkan daun, batang dan akar tumbuhan untuk menggantikan pewarna kimia. Ambil misal, ia memakai sabut kelapa untuk warna merah muda kecoklatan. Daun ketapang untuk warna hitam, buah yolawe untuk hijau kekuningan, akar kulit mengkudu untuk warna merah muda, kayu secang, kayu tingi dan lainnya.