Melestarikan Kerajinan Tenun Secara Turun Temurun



KONTAN.CO.ID -SOE. Indonesia terkenal di seantero dunia memiliki keragaman suku, bahasa, seni hingga budaya. Tak terkecuali  kerajinan tangan yang menjadi identitas sebuah daerah.

Nah, masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) punya kerajinan tradisional yang turun temurun, yakni kerajinan tenun. Perajin di kelompok tenun Sehati mendapatkan keterampilan  memproduksi tenun secara turun temurun.

Salah satu perajin tenun berada di Desa Noinbila, Kecamatan Molo Sekatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Tim Jelajah Infrastruktur Ekonomi Berkelanjutan KONTAN sempat mengunjungi kelompok tenun di desa tersebut. Namanya Kelompok Tenun Sehati yang diketuai Martha Sanam.


Wanita berusia 42 tahun itu berkisah, kelompok tenun Sehati sudah berdiri sejak tahun 2018.  Awalnya, kelompok ini terdiri dari 23 anggota. Tapi saat ini jumlah perajinnya hanya 12 orang. 

Baca Juga: Sepenggal Kisah di Wilayah Tapal Batas

Hasil dari produksi itu menjadi beberapa jenis produk tenun seperti selendang, sarung, selimut, dan aksesori lainnya. Menurut Martha, dalam sepekan, mereka bisa memproduksi dua lembar selendang dan satu sarung. 

Pesanan yang masuk bervariasi. Tergantung permintaan dari dalam dan luar desa. Kain selendang biasanya diproduksi dalam ukuran 40 x 100 centi meter (cm) dengan harga Rp 100.000 per helai. Sementara harga selendang ukuran lebih kecil, yakni 20 x 100 cm, dibanderol Rp 50.000. 

Sedangkan harga produk sarung tenun dipatok mulai dari Rp 600.000 hingga Rp 800.000. Sementara harga selimut tenun Rp 700.000 hingga Rp 1 juta per pieces. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan
TAG: