KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) agresif dalam menaikkan suku bunga kebijakannya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo, tak menampik, langkahnya ini membawa dampak pada Indonesia, terutama dalam hal pergerakan nilai tukar rupiah. Ini, salah satunya, disebabkan oleh adanya perbedaan imbal hasil (yield) obligasi AS US Treasury (UST) dan surat berharga negara (SBN). “Jadi, memang pengaruhnya lewat kenaikan yield US Treasury dan perbandingannya dengan yield SBN rupiah. Di sini ada perbedaan yield, yang kemudian kami lakukan sebagai dasar melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,” tutur Perry dalam konferensi pers daring, Kamis (21/7).
Melihat Dampak Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Acuan Saat The Fed Makin Agresif
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) agresif dalam menaikkan suku bunga kebijakannya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo, tak menampik, langkahnya ini membawa dampak pada Indonesia, terutama dalam hal pergerakan nilai tukar rupiah. Ini, salah satunya, disebabkan oleh adanya perbedaan imbal hasil (yield) obligasi AS US Treasury (UST) dan surat berharga negara (SBN). “Jadi, memang pengaruhnya lewat kenaikan yield US Treasury dan perbandingannya dengan yield SBN rupiah. Di sini ada perbedaan yield, yang kemudian kami lakukan sebagai dasar melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,” tutur Perry dalam konferensi pers daring, Kamis (21/7).