KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi peningkatan kinerja reksadana campuran masih cukup terbuka memasuki tahun 2019 akibat banyaknya sentimen positif di pasar saham dan obligasi Indonesia. Sebagai catatan, kinerja rata-rata reksadana campuran yang tercatat di Infovesta Balance Fund Index turun 2,09% (ytd) pada 2018 silam. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang
bullish sepanjang tahun ini berkat adanya katalis keberlangsungan pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Begitu pula dengan harga obligasi yang berpeluang naik karena kenaikan suku bunga acuan tak lagi agresif. Bahkan, The Federal Reserves sudah mengonfirmasi bahwa pihaknya akan lebih berhati-hati menjalankan kebijakan kenaikan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. “Dengan sentimen-sentimen yang ada, kami percaya kinerja rata-rata reksadana minimal bisa tumbuh di kisaran 6%--7% di tahun ini,” ujar Wawan, Senin (7/1). Managing Director Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management Markam Halim, juga optimistis bahwa kinerja reksadana campuran akan berada di level positif pada tahun ini. Ia berpendapat, satu hal yang bisa menghambat kinerja reksadana tersebut adalah proyeksi perlambatan ekonomi global. Sentimen ini berpotensi menekan kinerja emiten-emiten di beberapa sektor tertentu. Maka dari itu, manajer investasi dituntut lebih cermat dalam mengelola portofolio produk-produk reksadana campuran. “Kami coba manfaatkan lebih banyak pada saham sektor keuangan dan mendiversifikasi obligasi ke berbagai tenor,” ungkap dia, hari ini. Sementara itu, Direktur Utama Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, pihaknya akan berusaha memaksimalkan saham-saham berkapitalisasi besar untuk mendongkrak kinerja reksadana campuran. Sebab, pertumbuhan IHSG diyakini akan lebih tinggi ketimbang indeks obligasi pada tahun ini. “Saham-saham blue chip umumnya naik cukup pesat ketika indeks dalam tren bullish,” tuturnya.
Kendati demikian, walau potensi pertumbuhan kinerja reksadana campuran tergolong positif di tahun ini, Jemmy mengaku minat investor terhadap produk tersebut tidak sebesar reksadana saham ataupun pendapatan tetap. Salah satu penyebabnya adalah sebagian investor memandang reksadana campuran belum memiliki acuan kinerja yang pasti. Berbeda dengan reksadana campuran yang kinerjanya bisa dibandingkan dengan IHSG atau kinerja reksadana pendapatan tetap yang bisa dikaitkan dengan Indonesia Composite Bond Index (ICBI). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto