Melihat Permodalan Bank-bank Digital di Semester I-2024, Siapa yang Paling Kuat?



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank-bank digital terlihat makin agresif dalam menjalankan ekspansi bisnisnya. Terlihat dari pertumbuhan kinerjanya hingga transformasi layanan dan produk. Tentunya hal ini tidak terlepas dari posisi permodalan yang kuat.

Kontan merangkum 11 bank digital dengan kondisi permodalannya di semester I-2024. Dari 11 bank tersebut, rata-rata kondisi modal inti bank digital naik secara tahunan (year on year/yoy).

Namun rasio kecukupan modal untuk menanggung risiko kerugian bank atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dari bank-bank digital tersebut menurun secara tahunan (year on year/yoy). 


Baca Juga: Transaksi Meningkat, Bank Besar Memupuk Pendapatan Komisi dari Layanan Digital

Hal ini sebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kualitas portofolio kredit, hingga perubahan suku bunga. 

Sumber Laporan Keuangan Bank Digital Semester I-2024.png

Dari 11 bank digital tersebut, PT Bank Allo Indonesia Tbk (Allo Bank) tercatat memiliki modal inti yang terbesar, yakni mencapai Rp 6,9 triliun, naik 2,78% secara tahunan (year on year/yoy).

Sementara secara kondisi rasio kecukupan modal untuk menanggung risiko kerugian bank atau Capital Adequacy Ratio (CAR), Allo Bank memiliki kecukupan modal yang sehat dan kuat, sebesar 77,43% per Juni 2024. Angka ini menurun dari posisi periode tahun lalu yang sebesar 81,83% per Juni 2023.

Sementara itu secara rasio CAR, tertinggi ditempati oleh Superbank dengan CAR sebesar 237,91% per Juni 2024, menurun dari posisi tahun lalu (yoy) yang sebesar 285,16%.

Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo menilai, dengan kondisi permodalan dan ekuitas saat ini, bank masih mampu menghadapi setiap risiko serta mendukung ekspansi bisnis bank di masa depan. 

“Dengan demikian, kami belum memiliki rencana untuk melakukan penambahan modal lagi secara inorganik melalui Aksi Korporasi pada tahun 2024,” ungkap Indra kepada Kontan.

Lebih lanjut Indra tetap optimistis pada pertumbuhan kredit Allo Bank tumbuh single digit hingga akhir tahun 2024, di tengah kondisi makro ekonomi yang penuh tantangan seperti saat ini. 

“Target pertumbuhan ini sesuai dengan komitmen kami untuk menjaga kepentingan dan memberikan nilai unggul bagi seluruh stakehoders kami tanpa mengorbankan prinsip dan praktik perbankan yang prudent dengan tetap waspada dan berhati-hati,” ungkap Indra.

Baca Juga: Kinerja Emiten Bank Tertekan di Semester I-2024, Pengaruhi Pergerakan IHSG

Adapun per Juni 2024, Kredit Allo Bank tumbuh 7,94% yoy mencapai Rp 8,02 triliun. otal Sejalan dengan itu total aset Allo Bank tercatat Rp 13,64 triliun pada semester I-2024, meningkat 5,98% yoy.

Posisi selanjutnya ada PT Bank Jago Tbk yang mencatat modal inti sebesar Rp 6,61 triliun pada semester I-2024, menurun 6,47% yoy. Posisi CAR per Juni 2024 tercatat masih kuat, yakni sebesar 50,28%, meskipun telah menurun dari 72,83% per Juni 2023 lalu.

Selanjutnya ada PT Bank Jasa Jakarta atau yang dikenal saat ini dengan nama Bank Saqu juga memiliki permdoalan yang kuat. Di sisi lain mengingat Bank Saqu belum merilis kinerjanya untuk periode semester I-2024, posisi permodalan bank ini hanya terlihat per Maret 2024, dengan jumlah modal inti sebesar Rp 6,54 triliun.

Sementara itu posisi rasio kecukupan modal juga tinggi di angka 143,30% per Maret 2024, meski turun dari periode tahun lalu Rp 197,51%. Namun bank ini baru saja mendapatkan suntikan modal dari induknya PT Astra Internation Tbk (ASII) sebesar Rp 444,81 miliar pada 27 Juni 2024 lalu.

Presiden Direktur Bank Saqu, Leo Koesmanto mengatakan, suntikan modal tersebut digunakan untuk memperkuat bisnis dan investasi teknologi pengembangan Bank Saqu ke depannya.

Leo juga menyebut, saat ini pihaknya akan fokus mengembangkan fitur-fitur dan layanan yang sesuai kebutuhan nasabah. Meksipun memang Bank Saqu saat ini masih belum menawarkan fitur kredit pinjaman, dan masih pada produk simpanan tabungan dan deposito, dan kemudahan transaksi lainnya.

“Tentunya sebagai bank, tidak hanya akan menawarkan produk simpanan deposito saja, kedepan akan ada fitur kredit juga, tetapi secara bertahap dan masih dikembangkan,” ungkap Leo kepada Kontan.

PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) juga telah melakukan penambahan modal dengan right issue, dan menerbitkan sebanyak 1,31 miliar saham dengan Harga pelaksana Rp 300 per saham. Sehingga aksi korporasi ini diharapkan bisa menghimpun dana segar senilai Rp 393,5 miliar.

Adapun posisi modal inti BNC per Juni 2024 tercatat sebesar Rp 3,30 triliun, naik 1,25% yoy. Posisi CAR juga menguat dari 31,76% menjadi 32,12% per Juni 2024.

Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan, dana yang terhimpun dari right issue ini nantinya akan dipergunakan salah satunya untuk ekspansi bisnis. Maklum saja, BNC sudah mulai fokus menyasar segmen nasabah korporasi.

“Kami pilih segmen korporasi yang bisa menambah kemampuan untuk menambah ekosistem. Selain berikan kredit, kami juga minta untuk Kerjasama payroll. Tapi kami tetap hati-hati masuk dalam menyalurkan kredit, karena nilainya besar, dan kalau macet dampaknya juga besar ke BNC," kata Aditya.

Adapun sampai bulan Juli 2024, BNC telah menyalurkan Kredit Modal Kerja senilai total Rp 350 miliar kepada beberapa nasabah korporasi. Aditya mengatakan, ke depan penyaluran kredit akan semakin masif dengan membidik nasabah korporasi dari berbagai lini industri yang potensial.

Di sisi lain, pada semester I-2024, BNC telah menyalurkan kredit sebesar Rp 9,01 triliun pada semester I-2024, menurun 10,9% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi