KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kecantikan berkembang cukup pesat di Indonesia. Bisnis kecantikan, baik berupa produk perawatan sampai gerai yang menawarkan perawatan kecantikan tumbuh subur di sejumlah kota, terutama di kota-kota besar. Apalagi di era Beauty 4.0 ini, tren kecantikan banyak dipengaruhi oleh para
beauty influencer. Munculnya
beauty influencer ini menjadi salah satu faktor pendorong bagi kaum hawa untuk memilih produk kecantikan karena percaya dengan
review yang diberikan.
Baca Juga: Wanginya Potensi Bisnis Produk Kesehatan dan Kecantikan Organik Mengamati tren dalam industri kecantikan era 4.0, perusahaan penyedia layanan
point of sales (POS), PT Moka Teknologi Indonesia (Moka) merilis hasil risetnya mengenai pola perilaku konsumen di era beauty 4.0. Data Moka menunjukkan bahwa calon konsumen terlebih dulu berselancar di Instagram maupun Youtube sebelum melakukan perawatan. Di era digital seperti saat ini, semua lini bisnis harus mampu beradaptasi dengan teknologi yang tengah berkembang. "Di era sekarang, peran media sosial sangat penting, terutama jadi kanal pemasaran. Para pelaku bisnis kecantikan bisa mengunggah konten terbaik mereka mengenai produk, salon, maupun klinik kecantikan mereka," kata Bayu Ramadhan, Vice President Marketing and Brand Moka. Berdasarkan data internal yang dihimpun Moka selama periode Januari - Juli 2019, ada beberapa temuan mengenai kebiasaan belanja konsumen bisnis kecantikan di Indonesia. Dari data tersebut, pada tahun ini, perawatan wajah menjadi jenis perawatan terpopuler yang dilakukan konsumen di salon. Pasalnya, wajah merupakan bagian tubuh yang menentukan kesan pertama. Bayu menjelaskan, jenis perawatan lain yang tak kalah kondang di kalangan pelanggan adalah perawatan rambut, perawatan kuku,
eyelash extension , perawatan tubuh, dan
waxing. Untuk perawatan rambut, kegiatan menggunting merupakan perawatan yang paling banyak dilakukan konsumen di salon. Harga jasa menggunting rambut di Indonesia dipatok bervariasi. Misal, salon di daerah Jabodetabek memasang tarif gunting rambut paling tinggi, yakni mencapai Rp140.000. Di urutan kedua, ada Bali yang rata-rata mematok harga Rp 10.000-15.000 lebih rendah dibandingkan di Jabodetabek. Kemudian, diikuti oleh salon di daerah Surabaya, Medan, dan Makassar yang mematok tarif sebesar Rp 65.000-80.000. “Kisaran harga yang diberikan ini bisa jadi referenai bagi pelaku bisnis kecantikan untuk menentukan tarif, agar tidak kemahalan maupun kemurahan,” kata Bayu. Ia mengatakan jika sebuah salon/ klinik mematok harga lebih tinggi, pastikan salon/ klinik tersebut memiliki faktor X yang mengundang pelanggan untuk datang. Selanjutnya, untuk perawatan kuku atau
nail art menjadi jenis perawatan paling hits sepanjang tahun 2019. Desain kuku yang unik serta tambahan stiker warna-warni menjadi pilihan favorit para konsumen. Perawatan kuku lain yang digemari adalah
nail polish serta
manicure-pedicure. "Dari data kami, konsumen paling sering merawat kuku pada hari Selasa, Kamis, dan Jumat, sekitar pukul 15.00 hingga 16.00," ujar Bayu. Ia memperkirakan jika pada hari kerja konsumen menginginkan perawatan yang cepat, namun berdampak signifikan bagi penampilan.
Baca Juga: Sasar anak muda, KPAS pasang target konservatif sampai akhir tahun Kemudian, ada satu jenis perawatan yang disinyalir bisa mendatangkan paling banyak keuntungan, meski tidak populer di kalangan konsumen. Perawatan tersebut adalah spa. Bayu menjelaskan perawatan spa bisa meraup keuntungan lebih banyak dibanding perawatan lain karena harga yang dipatok untuk sekali perawatan cukup tinggi untuk menikmati spa selama 1,5 sampai 2 jam, konsumen harus merogoh kocek hingga Rp 500.000.
Baca Juga: Kompetisi ketat, pendapatan KPAS tercatat mengalami penurunan Harga tersebut termasuk paling mahal jika dibandingkan pijat atau terapi yang rata-rata sebesar Rp 400.000, perawatan kuku sekitar Rp250.000, dan perawatan rambut sekitar Rp 200.000. Selain menyediakan jasa perawatan, salon/ klinik kecantikan biasanya juga menawarkan produk berupa shampoo maupun krim perawatan wajah. Riset Moka menunjukkan bahwa shampo menjadi produk yang paling laris manis dijual di salon maupun klinik kecantikan. Kemudian, diikuti dengan krim jerawat, minyak esensial dan krim malam. Produk yang dijual di salon biasanya laku karena testimoni dari mulut ke mulut serta kepiawaian pegawai dalam berpromosi. “Di sinilah pentingnya mengedukasi pegawai agar memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait produk-produk yang dijual,” tandas Bayu. Selain perawatan dan produk favorit, waktu favorit untuk melakukan perawatan di salon juga menjadi informasi yang tak kalah penting bagi pelaku bisnis kecantikan. Berdasarkan data yang dihimpun Moka, waktu paling disukai pelanggan untuk melakukan perawatan di salon maupun klinik kecantikan adalah Sabtu dan Minggu mulai pukul 14.00 hingga 17.00. Periode tersebut dipilih pelanggan karena sebagian besar tidak sempat melakukan perawatan saat hari kerja.
Baca Juga: Kampung adat Wae Rebo, salah satu surga di Bumi Flores Saat hari kerja, praktis salon maupun klinik kecantikan akan cenderung lebih sepi. Bayu berpendapat, agar salon/ klinik kecantikan tidak merugi di waktu sepi, pengelola bisa memberikan harga miring untuk perawatan tertentu atau memberikan bonus produk bagi konsumen yang telah mengambil paket yang ditentukan. “Data Moka menunjukan bahwa promo yang diberikan bisa sedemikian sukses menarik pelanggan,” pungkas Bayu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli