Melihat Progres Proyek Bendungan di Nusa Tenggara Timur



KONTAN.CO.ID -KUPANG. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mempercepat penyelesaian pembangunan bendungan di seluruh Nusantara.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan bisa membangun 61 proyek bendungan di dua periode kepemimpinannya sejak tahun 2014 hingga 2024. 

Adenan Rasyid, Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR bilang, dalam 10 tahun terakhir, pemerintah telah membangun 43 bendungan. "Sisanya kami berusaha bisa berfungsi di tahun ini," katanya, akhir pekan lalu.


Beberapa proyek bendungan yang masih dalam masa kontruksi alias on going, di antaranya, berada di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Juga: Lahan Pertanian Berharap Kucuran Air Bendungan

Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN berkesempatan mengunjungi tiga situs bendungan di pulau Timor, NTT, pada 5-7 Agustus 2024. Yakni, bendungan Raknamo, bendungan Temef dan bendungan Rotiklot. 

Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II) Kementerian PUPR, Fernando Rajagukguk menjelaskan, pihaknya mendapatkan tugas membangun enam bendungan di provinsi NTT. Empat bendungan di antaranya berada di pulau Timor dan dua lainnya di pulau Flores. 

Empat bendungan yang berada di pulau Timor adalah bendungan Raknamo, bendungan Manikin di Kabupaten Kupang, bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.

Sedang dua bendungan di pulau Flores adalah bendungan Napun Gete di kabupaten Sikka dan bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo. 

Progres bendungan

Menurut Fernando, pembangunan bendungan Raknamo, Rotiklot, dan Napun Gete semuanya telah mencapai 100%. Sementara bendungan Temef di Kabupaten TTS perkembangannya sudah mencapai 99,05%. Dua bendungan lainnya, Manikin dan Mbay, diperkirakan selesai pada tahun 2025. 

Menurut Fernando, dua bendungan terakhir progres-nya sudah di atas 50%. "Bendungan Manikin kemajuannya mencapai 53% dan bendungan Mbay sekitar 54%," beber Fernando saat ditemui Tim Jelajah KONTAN di kantornya di Jalan Frans Seda, Kupang, NTT, Senin pekan lalu (5/8).

Pria yang akrab disapa Nando itu melanjut Setiap bendungan dirancang untuk mengandalkan sungai-sungai tertentu agar debit air yang diperlukan dapat terpenuhi, baik selama musim penghujan maupun kemarau. Ini untuk memastikan fungsi bendungan sebagai sumber air bagi irigasi dan kebutuhan masyarakat dapat berjalan optimal.

Baca Juga: Penting untuk Konservasi Air, Jokowi Targetkan Penambahan Embung Lagi

Pada umumnya, kata Nando, satu bendungan berdiri di area lintasan sungai. "Seluruh bendungan sudah didesain oleh seluruh ahli bahwa debit air sungai setempat harus cukup untuk pasokan bendungan. Jadi saat musim penghujan bendungan terisi dan digunakan untuk musim kemarau," imbuh dia.

Keberadaan bendungan sangat penting untuk mengatasi masalah kekeringan yang sering melanda wilayah NTT. Saat ini, NTT memang memiliki banyak embung-embung. Jumlahnya lebih dari 3.000 unit.

Namun, embung tersebut berukuran kecil dan hanya menyediakan pasokan air untuk periode jangka pendek. Pasalnya, embung-embung kecil itu daya tampung airnya sangat minim, hanya berkisar 20.000 sampai 40.000 meter kubik.

Sementara, bendungan dengan kapasitas tampung jumbo, dapat mengakomodasi kebutuhan air yang jauh lebih besar selama musim kering di NTT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan
TAG: