Melihat Prospek Bisnis Alat Berat pada 2024 di Tengah Melandainya Harga Komoditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat sedang berada di dalam tekanan seiring rendahnya harga komoditas pertambangan. Para pelaku usaha alat berat pun memasang target kinerja yang realistis untuk tahun 2024.

Berdasarkan data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), produksi alat berat nasional sepanjang 2023 tercatat sebanyak 8.066 unit. Angka ini lebih rendah 8,61% year on year (YoY) dibandingkan produksi alat berat nasional pada 2022 yakni 8.826 unit.

Bila ditelusuri, hydraulic excavator masih menjadi jenis alat berat yang paling banyak diproduksi sepanjang 2023 lalu yakni 6.791 unit. Setelah itu, diikuti oleh bulldozer sebanyak 727 unit, dump truck 513 unit, dan motor grader 35 unit.


Pelemahan harga komoditas pertambangan seperti batubara dan nikel cukup mempengaruhi realisasi produksi alat berat di Indonesia. Sebab, banyak pelaku usaha tambang mengurangi pembelian alat berat baru ketika harga komoditas kurang bersahabat bagi kelangsungan bisnisnya.

Hinabi sendiri tidak muluk-muluk dengan prospek bisnis alat berat pada tahun 2024. Risiko penurunan harga komoditas yang dibarengi perlambatan ekonomi masih menjadi ancaman bagi para produsen alat berat. Hinabi pun menargetkan produksi alat berat sebanyak 8.000 unit pada 2024.

"Permintaan alat berat sebenarnya masih mumpuni, sehingga target produksi tersebut masih sangat realistis," ujar Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamalludin, Minggu (3/3).

Baca Juga: Tumbuh Positif, Begini Capaian Bisnis Batubara United Tractors (UNTR) pada Januari

Sektor pertambangan diperkirakan masih menjadi kontributor utama penjualan alat berat nasional. Terlepas dari turunnya harga komoditas, aktivitas produksi pada dasarnya tetap berjalan. Alhasil, kebutuhan terhadap alat berat baru di sektor tambang tetap ada, kendati belum tentu setinggi periode sebelumnya.

Persaingan di pasar alat berat juga diyakini akan semakin ketat seiring kehadiran pemain-pemain baru di industri tersebut. "Penting juga dilihat peran pemerintah untuk mendukung industri alat berat dalam negeri," imbuh dia.

Salah satu distributor alat berat, PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan tren penjualan alat berat yang kurang memuaskan. 

Sepanjang 2023, penjualan alat berat Komatsu oleh UNTR turun 8,40% year on year (YoY) menjadi 5.270 unit. Sebanyak 61% penjualan alat berat UNTR ditujukan ke sektor pertambangan, kemudian diikuti sektor konstruksi dengan kontribusi 17%, kehutanan 12%, dan agrobisnis 10%. Adapun pangsa pasar alat berat Komatsu berada di level 29% hingga akhir 2023.

Memasuki Januari 2024, UNTR mencetak penjualan alat berat sebanyak 518 unit. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan realisasi penjualan Januari 2023 yakni 686 unit.

Baca Juga: Diadang Pelemahan Harga Komoditas, Intip Prospek Emiten Tambang Tahun Ini

Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis menyebut, pihaknya memproyeksikan penjualan alat berat sekitar 3.800 unit--4.000 unit pada 2024, atau lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu.

Selain harga komoditas yang sudah melandai sehingga mempengaruhi penjualan alat berat di sektor tersebut, aktivitas konstruksi atau pengerjaan proyek infrastruktur juga diperkirakan baru akan ramai lagi saat periode pemerintahan yang baru tiba. Hal ini turut berdampak pada permintaan alat berat di sektor konstruksi.

"Penambahan atau investasi alat berat, khususnya di sektor tambang sudah terlaksana hampir di sepanjajg 2022 dan 2023. Saat ini fokus pelaku usaha ada pada replacement alat yg sudah usang," ujar dia, Minggu (3/3).

Bagi UNTR, seluruh sektor industri penting dalam hal penyerapan alat berat yang dijual perusahaan. UNTR berkomitmen memberikan usaha terbaik untuk mendukung kebutuhan konsumen terhadap alat berat. Tidak hanya sekadar penyediaan produk, UNTR juga fokus pada layanan purna jual atas armada alat berat yang sudah dimiliki konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat