Melihat Prospek Kinerja Kalbe Farma (KLBF) di Tengah Tantangan Pelemahan Rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) masih fokus melakukan sejumlah inovasi dalam pengembangan produk kesehatan dengan bahan baku dari dalam negeri.

Teranyar, KLBF, melalui PT Forsta Kalmedic Global, berhasil membangun fasilitas produksi dialyzer pertama di Indonesia dan kedua di ASEAN. Alat kesehatan (alkes) itu terdaftar menggunakan nama brand RenaCare yang dipasarkan oleh PT Renalmed Tiara Utama.

Asal tahu saja, dialyzer merupakan bahan habis pakai (consumables) penting dalam tindakan hemodialisis atau cuci darah. 


Direktur Kalbe Farma, Kartika Setiabudy mengatakan, penyediaan fasilitas produksi Dialyzer di dalam negeri oleh Kalbe melalui Forsta ini merupakan bagian dari komitmen untuk terus meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat, khususnya untuk membantu pasien ginjal di Indonesia. 

Kartika mengatakan, pelemahan rupiah merupakan suatu keniscayaan. KLBF sudah membuat anggaran untuk tahun 2025 dengan menjadikan level rupiah di Rp 16.000 per dolas AS sejak tengah tahun 2024. Asal tahu saja, rupiah juga sempat menyentuh level kisaran Rp 16.000 per dolar AS seusai Lebaran 2024.

Baca Juga: Strategi Kalbe Farma (KLBF) Merespons Pelemahan Rupiah dan Kenaikan PPN 12% pada 2025

Namun, Kartika mengungkapkan, sekitar 95% bahan baku yang digunakan KLBF masih didapatkan dari luar negeri alias impor.

“Jadi, kami sudah menggunakan kisaran yang sama. Kami mengharapkan biaya bisa tetap stabil tahun depan, karena harga-harga raw materials sendiri tengah stabil secara global lantaran rantai pasokan global sudah membaik,” paparnya. 

Jika tekanan akan rupiah masih terus berlanjut, ada kemungkinan KLBF akan mempertimbangkan untuk menaikkan harga produk. Namun, obat-obatan generik produksi Kalbe diakui Kartika sudah ada di harga rendah saat ini.

Apalagi ada tantangan penurunan konsumsi masyarakat lantaran ada kenaikan PPN ke 12% pada awal tahun 2025. Namun, KLBF masih menunggu kejelasan akan rincian kebijakan lebih lanjut terkait PPN 12%.

“Kira-kira strategi kami di tahun depan adalah gabungan dari portofolio-mixed, business-mixed, dan juga strategi pricing. Ini juga untuk menjaga margin kami,” ungkapnya.

Baca Juga: Tingkatkan TKDN Industri Alat Kesehatan, KLBF Membangun Fasilitas Produksi Dialyzer

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, tujuan pemenuhan TKDN yang dilakukan KLBF adalah dalam rangka mengurangi ketergantungan impor. Sehingga, perseroan bisa mengurangi dampak dari fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pergerakan rupiah hari ini hingga beberapa waktu mendatang kemungkinan akan melemah akibat kenaikan indeks dolar AS pasca Pilpres AS. Dengan proyeksi suku bunga The Fed yang akan dipangkas pekan ini, ada kemungkinan aliran dana investor asing akan mengalir ke pasar AS.

“Sehingga, tujuan dari strategi ini adalah dalam rangka untuk mengurangi ketergantungan pada impor, sehingga memberi dampak positif  dalam menjaga kinerja fundamental perusahaan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (18/12).

Baca Juga: Ini Dia Saham Jagoan dari NH Korindo Sekuritas untuk Tahun 2025

Tantangan yang dialami Kalbe saat ini pun membuat saham perseroan bergerak melambat. Melansir RTI, saham KLBF saat ini ada di level Rp 1.380 per saham, turun 14,29% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

Nafan merekomendasikan accumulative buy saham KLBF dengan target harga Rp 1.500 per saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menyebut, kinerja keuangan KLBF per kuartal III masih tumbuh secara tahunan. Namun, secara kuartalan tercatat menurun.

“Ini karena dari sisi permintaan yang masih dipengaruhi perlambatan daya beli serta adanya kenaikan biaya,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (18/12).

Baca Juga: IHSG Melemah Empat Hari Beruntun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Secara prospek kinerja hingga tahun 2025, KLBF masih menemui sejumlah tantangan, seperti daya beli masyarakat yang terpengaruh PPN 12%, serta fluktuasi rupiah yang kembali melemah.

“Sehingga, masih menjadi potensi adanya kenaikan biaya dan menekan kinerja,” paparnya.

Alhasil, Azis menyarankan wait and see dahulu untuk saham KLBF, karena pergerakannya tertahan di support Rp 1.375-Rp 1.380 per saham.

Selanjutnya: Semen Indonesia Gandeng Jamdatun Tingkatkan Tata Kelola Perusahaan

Menarik Dibaca: Warna Keberuntungan Shio di Tahun 2025, Ini Warna Keberuntungan Shio Ular!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati