JAKARTA. Produk reksadana semakin bervariasi. PT CIMB Principal Asset Management, semisal, akan merilis reksadana saham tematik pada Maret 2013. Reksadana saham tematik maksudnya adalah reksadana saham berbasis emiten sektor tertentu. Direktur Utama CIMB Principal Asset Management, Reita Fariyanti, menyatakan, reksadana baru bernama CIMB Principal Indo Domestic Equity Fund itu akan berisi saham-saham yang bisnisnya berbasis pasar domestik. "Mudah-mudahan produk ini akan diminati investor," ujar Reita, Kamis (31/1). Reita memperkirakan, tahun ini kondisi pasar modal Indonesia akan bergejolak. Selain kondisi global, faktor dalam negeri akibat defisitnya neraca transaksi berjalan atau
current account akan mempengaruhi pasar modal. " Defisit
current account belum mengkhawatirkan karena porsi impor terbesar masih berasal dari bahan baku dan barang modal. Artinya, ekonomi kita masih tumbuh dan pasar modal akan ditopang oleh saham-saham terkait domestik," tutur dia.
Direktur CIMB Principal Asset Management, Gunanta Afrima menambahkan, aset dasar produk ini tidak mengacu pada satu sektor saja. Saham-saham yang terkait sektor domestik akan masuk dalam aset dasar produk ini kecuali sektor tambang. Saham-saham yang akan menjadi pilihan diantaranya saham sektor infrastruktur, konsumsi dan konstruksi. "Saham-saham sektor domestik itu mencakup 80% dari indeks," tutur Gunanta. Produk ini ditargetkan bisa menambah dana kelolaan Rp 100 miliar untuk tahap awal. Tahun ini, CIMB menargetkan total dana kelolaan naik 50% menjadi Rp 3,1 triliun dibandingkan realisasi akhir 2012. Direktur CIMB Principal Asset Management Fajar R Hidajat memprediksi, produk ini bisa memberikan
return 10% - 15% pada akhir 2013. Prediksi tersebut dengan mempertimbangkan asumsi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 5.000 di akhir tahun, naik sekitar 15% dibanding akhir 2012. "Sehingga bila produk ini diluncurkan Maret,
return reksadana ini bisa perform sama dengan IHSG atau justru di atas IHSG," kata Fajar. Selain reksadana saham, CIMB Principal juga bakal meluncurkan reksadana pendapatan tetap di awal semester kedua. Tergantung sektor Data PT Infovesta Utama menunjukkan, sejumlah reksadana saham tematik belum mampu mengungguli kinerja IHSG awal tahun ini. Misal, reksadana saham Mandiri Komoditas Syariah Plus memberikan
return minus 0,05% per 30 Januari 2013 atau di bawah return IHSG 3,16%. Reksadana Danareksa Komoditas 10 memberikan
return sekitar 1,5% dan Danareksa Mawar Konsumer 10 sebesar 0,43%. Direktur Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari memperkirakan, reksadana Danareksa Konsumer 10 bisa memberikan
return sekitar 14% hingga 15% sepanjang tahun ini. "Namun untuk Danareksa Komoditas 10 belum bisa diprediksi karena pergerakan saham-saham komoditas belum bisa bergerak terlalu tinggi," tutur Hari. Dia mengakui, Danareksa Konsumer 10 sulit melanjutkan kinerjanya yang cemerlang tahun ini. Sepanjang 2012, reksadana ini mencetak
return tinggi mencapai 21,63% atau melampaui kinerja IHSG sebesar 12,94%. Menurut Hari, tekanan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat. Akibatnya, pendapatan perusahaan sektor konsumer bisa terseret turun dan mempengaruhi pergerakan harga saham. Bisa jadi jalaran itu, tahun ini DIM belum berencana menerbitkan reksadana tematik baru. Reksadana tematik lain, BNP Paribas Infrastruktur Plus, terbitan BNP Paribas, tahun lalu, mencatat
return 16,37%. Sedangkan, Batavia Dana Saham Agro yang beraset dasar sektor komoditas mencatat kinerja -8,66%. "Fundamentalnya menarik. Cuma, saham ini dipengaruhi dengan pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga ketidakpastian masih tinggi," jelas Yulius Manto, Direktur Batavia Prosperindo Asset Management. Tahun ini, Yulius menyarankan investor untuk melihat perkembangan. Jika memungkinkan, investor bisa kembali masuk ke sektor agro dan tambang pada semester II. Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito menilai, produk reksadana sektoral biasanya disertai dengan peluang kenaikan saham-saham sektor yang bersangkutan. Dengan memiliki reksadana sektoral, investor tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk mengoleksi saham-saham tersebut. Seluruh saham bisa didapatkan dalam satu keranjang investasi.
Di sisi lain, kelemahan reksadana saham emiten sektoral adalah kurang terdiversifikasinya risiko investasi. Jika harga saham jatuh, risiko yang ditanggung sangat besar. Parto memperkirakan, sektor-sektor yang masih bertumbuh tahun ini antara lain infrastruktur, konsumer, perbankan, dan properti. "Reksadana ini cocok bagi investor yang sudah berpengalaman. Sebab, investor bisa tahu kapan harus pindah ketika kinerja mulai menurun," tutur Parto. Ia memproyeksikan, kinerja reksadana saham berbasis saham emiten infrastruktur, konsumer, perbankan, dan properti bisa di atas 14% sepanjang tahun 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati