Melirik untung dari reksadana dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan dollar Amerika Serikat bisa menjadi pisau bermata dua bagi reksadana berdenominasi dollar AS. Kinerja reksadana dollar AS yang memiliki aset domestik otomatis tertekan. Di sisi lain, reksadana dollar AS yang berinvestasi di luar negeri (offshore) bisa untung, walau risiko penurunan kinerja tetap ada.

Angganata Sebastian, Vice President Sales & Marketing Distribution Ashmore Asset Management Indonesia menyebut, penguatan dollar AS membuat reksadana dollar AS beraset domestik mengalami dua risiko sekaligus. Pertama, ancaman kerugian kurs. Kedua, kinerjanya berpotensi turun.

Ashmore AM juga merasakan risiko tersebut. Manajer investasi ini memiliki produk reksadana saham berbasis dollar AS yang beraset domestik, yakni Ashmore Dana USD Equity Nusantara. Berdasarkan fund fact sheet per Juni, return reksadana dollar tersebut turun 10,75% (ytd).


Di sisi lain, Presiden Direktur BNP Paribas IP Vivian Secakusuma mengatakan, penguatan dollar AS bisa saja tidak berpengaruh buruk pada kinerja reksadana dollar AS beraset domestik. Dengan catatan, mayoritas isi portofolionya tidak berupa instrumen berdenominasi rupiah.

Hal ini bisa terjadi pada reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS. Jika reksadana ini berinvestasi pada surat utang berdenominasi dollar AS, risiko kerugian kurs dapat diminimalisir.

Sebab, instrumen tersebut diuntungkan penguatan dollar AS. "Kalau mayoritas instrumen yang jadi aset dasarnya berdenominasi dollar AS, penguatan dollar AS tidak berdampak negatif," ujar Vivian.

Saham syariah

Sementara untuk reksadana dollar AS offshore, Executive Vice President Schroders Investment Management Indonesia M. Renny Raharja menjelaskan, selain dollar AS yang menguat, kondisi pasar modal di AS cukup mendukung reksadana offshore, terutama yang berbasis syariah.

Pasalnya, manajer investasi dapat berinvestasi pada saham-saham dari sektor teknologi. Di AS, saham sektor tersebut memiliki potensi kenaikan harga yang signifikan, di samping nilai kapitalisasi pasar yang besar. "Di Indonesia, saham-saham utamanya dikuasai oleh perbankan dan rokok. Padahal, reksadana syariah tidak bisa masuk ke sana," ungkap Renny.

Sebagai catatan, Schroders Investment memiliki produk reksadana offshore bernama Schroders Global Sharia Equity Fund, yang mengacu pada Dow Jones Islamic Market Index. Reksadana tersebut mampu memberi imbal hasil 8,74% hingga Juni (yoy).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan, tidak sembarang manajer investasi bisa menerbitkan reksadana dollar AS offshore. "Biasanya, MI yang punya afiliasi di luar negeri lebih mudah menerbitkan reksadana offshore," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia