Melongok Isi Keranjang Belanjaan BTEL



JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) siap menggeber bisnis telekomunikasinya pada tahun ini. Anggota The Seven Brothers ini mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 200 juta. Sumber pendanaannya berasal dari penerbitan obligasi, kas internal dan fasilitas pembiayaan dari pemasok (vendor financing).

Direktur Keuangan BTEL Jastiro Abi menyatakan, pihaknya akan memaksimalkan semua opsi pendanaan untuk memenuhi belanja modal itu. Soal rencana penerbitan obligasi, Bakrie Telecom sedang menyeleksi penjamin emisi.

BTEL pun menyiapkan dana internalnya. Sampai 31 Desember 2009, kas BTEL mencapai Rp 715,67 miliar. Nah, anggaran belanja modal itu akan dipakai BTEL untuk membiayai pengembangan jaringan telekomunikasi di beberapa wilayah.


Masih bisa berutang

Dengan belanja modal yang besar, BTEL berharap bisa menjaring pelanggan lebih banyak lagi. Pada tahun ini, mereka berharap bisa menggaet pelanggan hingga 14 juta pelanggan. Per Desember 2009, pelanggan BTEL sebanyak 10,5 juta. "Tapi kami tak menargetkan angka pasti kinerja keuangan tahun ini," ujar Jastiro, kemarin.

Maklum, sepanjang 2009, laba bersih BTEL menyusut 28% menjadi Rp 98 miliar dari sebelumnya Rp 136,81 miliar. Tapi pendapatannya masih bisa tumbuh 24,5% menjadi Rp 2,74 triliun, dari semula Rp 2,20 triliun.

Para analis menyebutkan, peluang Bakrie Telecom mencari pinjaman eksternal masih sangat memungkinkan. Sebab, posisi utang emiten ini belum mencemaskan.

Analis Kresna Graha Securindo, Aditiawarman, menghitung rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) BTEL relatif rendah, yaitu sekitar 0,4 kali. "DER Bakrie Telecom masih jauh dari satu. Jadi masih sangat longgar untuk berutang," tuturnya. Apalagi, kas internal perusahaan masih cukup besar untuk memenuhi kebutuhan usahanya.

Tapi, analis Danareksa Sekuritas Chandra Pasaribu, berpendapat, rencana BTEL ke depan sulit terbaca lantaran manajemen belum mau mengungkapkan aksi korporasinya secara mendetail. "Sebenarnya rencana perusahaan mencari dana eksternal tidak masalah. Asalkan mampu menggunakannya untuk ekspansi usaha," ujarnya.

Sebagai catatan, kinerja BTEL pada tahun lalu tertekan oleh membengkaknya bunga utang yang harus ditanggung. Chandra bilang, kondisi ini bisa memperburuk kinerja mereka selama kebutuhan belanja modal meningkat. Tapi, jika BTEL bisa mengelolanya dengan baik, bisnisnya berpeluang semakin cemerlang. "Apalagi ada rencana merger (BTEL dan Telkom Flexi). Ini tentu bisa meningkatkan valuasi sahamnya," kata dia.

Dus, Candra merekomendasikan beli saham BTEL dengan target Rp 240 per saham. "Tapi hal yang perlu diwaspadai adalah adanya persaingan ketat di bisnis telekomunikasi," katanya.

Analis Bahana Securities, Surabhi, juga menyarankan beli saham ini dengan target harga Rp 150 per saham. Tapi Aditiawarman merekomendasikan tahan, karena sahamnya sudah mendekati harga wajar. "Targetnya Rp 148 per saham. Kemarin, harga saham BTEL melorot 1,43% ke level Rp 138 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test