KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengkaji rencana
initial public offering (IPO) untuk holding industri pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), yang biasa disebut MIND ID (Mining Industry Indonesia) yang ditargetkan bisa dilakukan beberapa tahun mendatang. Sebagai bekal untuk rencana IPO nanti, kinerja MIND ID sendiri sejauh ini cukup baik. Hingga kuartal I 2021, MIND ID membukukan kinerja keuangan yang positif dimana pendapatan mencapai Rp 19,2 triliun atau meningkat 18,51% year on year (yoy). Pada periode yang sama pada tahun sebelumnya, MIND ID memperoleh pendapatan sebesar Rp 16,2 triliun.
Di periode tersebut, MIND ID mencetak laba bersih Rp 1,6 triliun di kuartal I 2021 dari sebelumnya merugi Rp 1,01 triliun.
Baca Juga: Pemerintah Mendorong IPO Mind Id dan Anak Usahanya Inalum Operating Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan, kenaikan kinerja juga ditopang oleh perbaikan harga komoditas. "Harga komoditas meningkat cukup signifikan untuk seluruh komoditas," jelas Orias dalam Konferensi Pers Virtual, beberapa waktu lalu. Kata Orias, di tahun 2021, MIND ID akan tetap mempertimbangkan kesempatan-kesempatan baru yang berpotensi mendukung peluang pertumbuhan bisnis dengan tetap melakukan mitigasi risiko secara terukur. Di sepanjang tahun lalu, MIND ID memang mencatatkan penurunan pendapatan kendati sukses mendongkrak raihan laba bersih. MIND ID membukukan laba bersih mencapai Rp 1,8 triliun pada tahun 2020, melonjak 7.318% year on year dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 24,5 miliar. Laba sebelum pajak penghasilan MIND ID pada 2020 mencapai Rp 3,43 triliun atau meningkat dari raihan 2019 yang sebesar Rp 2,26 triliun. Merujuk laporan keuangan konsolidasi per Desember 2020 MIND ID yang dipublikaskan di Singapore Exchange (SGX), MIND ID memperoleh bagian laba neto dari PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar Rp 2,09 triliun. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya rugi neto sebesar Rp 576,22 miliar. Sementara pendapatan mencapai Rp 66,6 triliun pada tahun 2020 atau turun dari raihan 2019 yang sebesar Rp 80,6 triliun. Penurunan pendapatan terjadi pada komoditas batubara yang sepanjang 2020 sebesar Rp 17,26 triliun atau turun dari kontribusi 2019 sebesar Rp 21,42 triliun.
Pendapatan komoditas emas dan logam mulia lainnya yang pada 2020 menyumbang Rp 19,35 triliun atau lebih rendah dari 2019 yang sebesar Rp 22,46 triliun. Sementara itu, logam timah dan tin solder juga mencatatkan penurunan kontribusi dimana menyumbangkan sebesar Rp 14,31 triliun atau menurun dibanding 2019 yang mencapai Rp 18,10 triliun. Pendapatan dari komoditas alumunium juga turun tipis dari Rp 6,91 triliun di 2019 menjadi Rp 6,55 triliun di 2020. Feronikel berkontribusi Rp 4,65 triliun atau lebih rendah dari 2019 sebesar Rp 4,87 dan bijih nikel sebesar Rp 1,95 triliun alias turun dari raihan 2019 yang mencapai Rp 3,77 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat