KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maororitas kinerja emiten konstituen indeks Kompas100 di semester I 2024 mencatatkan kinerja positif. Di semester II 2024, kinerja keuangan emiten sektor perbankan, energi, dan kesehatan dinilai masih menjadi unggulan di antara yang lain. Dari sektor perbankan misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat mengantongi laba bersih Rp 26,9 triliun pada semester I 2024, naik 11,1% secara tahunan alias year on year (yoy). PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp 29,7 triliun pada semester pertama tahun 2024, naik 0,95% YoY. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan laba bersih Rp26,6 triliun pada semester I 2024. Sementara, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatatkan laba bersih bank only Rp8,6 triliun pada periode Januari-Mei 2024, naik 2% YoY.
Dari sektor energi, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 300% YoY dari US$ 118,80 juta ke level US$ 475,25 juta. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meraih laba bersih senilai US$ 200,99 juta, melejit setinggi 68,24% YoY.
Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Bangkit Setelah Tren Turun, Saatnya Beli atau Jual? Dari sektor kesehatan, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) mengantongi laba bersih sebesar Rp 343,15 miliar di semester I-2024, melonjak 69,59% YoY. Laba bersih PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) melesat 32,54% YoY menjadi Rp 600,56 miliar dari sebelumnya Rp 453,10 miliar. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatat laba bersih pada semester I 2024 sebesar Rp 1,80 triliun, meningkat 18,42% YoY. Melihat segi kinerja saham, SSIA terbang paling tinggi secara year to date (ytd). Saham SSIA naik 150% ytd, SMIL 141,32%, DOID 111,65%, TPIA 99,52%, dan AMMN naik 69,47%. Sementara, saham PTMP turun paling dalam sejak awal tahun, yaitu 67,33% ytd. Lalu, BBYB turun 44,95%, BUKA 44,91%, SMGR 41,09%, dan GOTO 33,9%. Pengamat Pasar Modal, Mayang Anggita melihat, lebih dari setengah emiten konstituen indeks Kompas100 mencatatkan pertumbuhan laba secara tahunan. “Artinya di tengah kondisi global yang fluktuatif, emiten konstituen indeks Kompas100 dinilai cukup mampu bertahan,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (10/8). Sejumlah sentimen global dan domestik memberikan dampak ke kinerja emiten konstituen Kompas100. Dari global, ada sentimen terkait keputusan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas. “Sementara, dari dalam negeri, ada sentimen rilis data PDB Indonesia di angka 5,05%, serta rilis data consumer confidence dan data retail sales yang hasilnya positif. Bisa disimpulkan bahwa kondisi ekonomi kita cukup solid,” kata Mayang. Di semester II nanti, ketika kondisi ekonomi global membaik dan ketegangan mulai mereda, ada kemungkinan untuk arus dana yang masuk masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. “Ini bisa menjadi sentimen positif bagi para emiten dalam negeri, termasuk juga emiten konstituen Kompas100,” ungkapnya. Mayang pun melihat emiten-emiten dari sektor perbankan akan berkinerja paling solid di semester II nanti. Selain dari hasil kinerja di semester I, jika dilihat dari kacamata teknikal, saham BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI memiliki tren jangka panjang
bullish. “Di tengah kondisi market yang cukup volatile, kami menyarankan untuk stay conservative dan disiplin dalam penerapan money management,” ujarnya. Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, pertumbuhan earning per share (EPS) terbesar pada semester I dicatat PT Timah Tbk (TINS). Lalu, menyusul JPFA, ESSA, TKIM, MARK, JSMR, MAHA, MEDC, ELSA, dan HEAL. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja Kompas100 dan para emiten konstituennya. Dari sisi makro, terjadi peningkatan permintaan domestik (ada jg permintaan dari luar) dan terjadinya kenaikan harga komoditas yang bersangkutan. Selanjutnya faktor spesifik perusahaan dikarenakan strategi bisnis yang efektif (efesiensi biaya) dan peningkatan efesiensi produksi.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Mind ID Secara mayoritas, saham emiten konstituen indeks kompas1000 mengalami penguatan. Rinciannya, sebanyak 63 positif, 18 stagnan, dan 19 negatif. Kinerja para emiten di semester II kemungkinan bisa lebih positif.
“Ini jika dilihat dari sentimen peluang penurunan tingkat suku bunga The Fed yang kemungkinan akan diikuti juga oleh BI,” kata Sukarno. Namun, prospek kinerja saham per emiten di semester II masih beragam. Sejumlah saham yang masih mencatatkan penurunan secara ytd pun memiliki peluang untuk kembali pulih dan mengurangi kerugian dibandingkan sebelumnya. Sektor basic material dan perbankan dinilai bisa memiliki peluang yang bagus di semester II. Sukarno pun merekomendasikan buy untuk BSDE dengan target harga Rp 1.300 per saham, CTRA Rp 1.500 per saham, BBCA Rp 11.000 per saham, BBRI Rp 5.700 per saham, TLKM Rp 3.500 per saham, ASII 5.400 per saham, ICBP Rp 11.600 per saham, AMRT Rp 3.300 per saham, PGAS Rp 1.800 per saham, EXCL Rp 2.700 per saham, SMGR Rp 4.750 per saham, dan SIDO Rp 800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat