Melonjak Tajam, Subsidi BBM dan Gas LPG 3 Kg Capai Rp 3,2 Triliun Hingga Maret 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan, realisasi subsidi energi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan gas LPG melonjak drastis di tiga bulan pertama tahun ini.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan, realisasi subsidi BBM telah mencapai Rp 3,2 triliun di kuartal I-2022. Angka ini melonjak 59,38% dibanding tiga bulan pertama 2021, yang realisasinya hanya Rp 1,3 triliun.

“Realisasi subsidi BBM capai Rp 3,2 triliun, tahun lalu hanya Rp 1,3 triliun,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu (20/4).

Sementara itu, peningkatan subsidi juga terjadi pada gas LPG 3 kg, dimana mengalami kenaikan dua kali lipat. Tahun ini realisasinya mencapai  Rp 21,6 triliun, sementara tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp 10,2 triliun, atau naik 52,78%.

Sri Mulyani mengatakan, bantalan sosial yang lindungi melalui subsidi mengalami tekanan karena lonjakan harga energi dunia.  Dimana belanja untuk subsidi naik 2 lipat pada Maret, dan gas LPG 3kg juga naik lebih dari 2 kali lipat.

Baca Juga: Realisasi Anggaran Pendidikan Capai Rp 103,5 Triliun Hingga Maret 2022

Baca Juga: Belanja Negara Terkendali, Pembiayaan Utang Turun 55,6% Per Maret 2022

Kemudian, di sisi volume, subsidi juga mengalami kenaikan. Tercatat subsidi BBM naik menjadi 2.664,9 kilo liter dan subsidi ga LPG 3 kg naik menjadi 1.212,4 juta kg, subsidi listrik juga mengalami kenaikan menjadi 38,3 juta pelanggan.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan, alasan subsidi membengkak pada Maret, karena tahun ini terjadi pergeseran tekanan atau guncangan terhadap perekonomian masyarakat. Jika pada tahun lalu guncangan utama berasal dari pandemi Covid-19, saat ini terjadi pada sisi daya beli.

Dia mengatakan, tingginya harga komoditas telah menekan daya beli masyarakat, sehingga perlu adanya subsidi untuk menjaga konsumsi. Untuk itu, naiknya volume konsumsi membuat beban subsidinya pun meningkat.

“Guncangan 2022 bergeser dari pandemi ke sisi daya beli, terutama kelompok rentan, dan menekan dari sisi sosial,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari